TIBA-TIBA aku mendapat ide. Pohon-pohon kelapa itu sebaiknya kucoba untuk dibeli saja. Coba aja. Walau tak lazim barangkali. Jual beli antar suami-istri. Tapi biarlah. Untuk itu aku sudah mempersiapkan diri dengan perangkat lunak; do'a ! Kata banyak rang alim,saat  sujud terakhir pada sholat malam, saat yang baik untuk berdo'a. aku juga haqqul yakin percaya, maka kulakukan saja.
   Karena aku sudah melakukannya, malam berikitunya, sehabis isya adalah waktu santai. Dan aku ingin  segera tahu dampaknya. Saat itu aku sedang besantai juga di  "ruang pribadiku "; ruang u ntuk baca atau menulis atau mendengarkan lagu atau nonton video di laptop atau sekedar bermalas-malasan dan tak ingin diganggu tentunya. Istriku masuk, duduk didekat kakiku yang waktu itu aku sedang tiduran sambil buka WA. Kubiarkan dia ngomong sesukanya, aku hanya sekedar menanggapi kecil saja. Setelah itu barulah utarakan maksudku ;
   " Bu, kapan pohon kelapa belakang rumah akan ditebang ?"
   " Ya kapan-kapan, kalau sudah ada yang mau beli nanti, mmang  kenapa ?"
   " Kalau nunggu ada pembeli kebetulan nyasar kemari ya susah Bu, kan tidak ada woro-woro !"
   " Ya ndak apa-apa, sambil nunggu tambah gede itu pohon dan aku masih bisa petik kelapanya."
   " kalau maunya kamu nebang nunggu laku dibeli,  aku yang akan membeli bu, aku pembelinya."
   " Hah ???!! Kok kamu ???!!!"
   " Memang kenapa ?"
   " Aneh!"
   " Sekarang singkirkan dulu status kita sebagai suami-istri, ganti dengan penjual dan pembeli "