Mohon tunggu...
Ruminto
Ruminto Mohon Tunggu... Guru - Back to Nature

Senang membaca dan menulis, menikmati musik pop sweet, nonton film atau drama yang humanistik dan film dokumenter dan senang menikmati alam.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

UNDIP: "Terdakwa"?!

13 September 2024   08:35 Diperbarui: 13 September 2024   08:38 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber podcast jatengposTV

     Sebenarnya reaksi keras perlawanan terhadap IDI dari khalayak umum adalah dimulai dari kasus dr Terawan yang dipecat dari keanggautaan IDI. Permasalahannya kita semua sudah tahu, dimana metode pengobatan " cuci otak "- DSA nya Therawan dinilai belum memenuhi standar persyaratan ilmiah, tapi sudah diterapkan di public. Tapi repotnya, walaupun belum memenuhi standar ilmiah, telah membawa banyak kebaikan bagi mereka yang berobat itu. Repotnya lagi, mereka yang berobat itu banyak dari kalangan top figure atau public figure. Akibatnya IDI yang dinilai semena-mena dihujat rame-rame.  Kemenkes pun turun gunung, IDI jadi sorotan dan Pendidikan spesialis jadi perbincangan. Disitulah mulai terkuak katakanlah " noda-noda " IDI yang tersembunyi selama ini. Reformasi Kemenkes terhadap IDI banyak mendapat dukungn public.

     Dan perseteruan antara Kemenkes dengan tenaga medis kedokteran, rupanya belum reda. Terakhir adalah ketika Kemenkes memberhentikan Dekan Fak .Kedokteran UNAIR , Prof Budi Santoso, gegara menolak program dokter asing masuk kedunia kedokteran kita. Tapi civitas akademika melawan dengan aksi mogok, akhirnya berakhir damai, sang Dekan pun kembali ke kursinya semula. Tapi hubungan Kemenkes dengan tenaga medis kedokteran tetap panas dingin, sehingga setiap ada kasus di dunia kedokteran, menjadi kesempatan emas bagi Kemenkes untuk menggempur habis. Bayangkan; hari selasa kejadian, hari juma'at pernyataan dari kapolres Semarang tidak ada petunjuk adanya bulliying, tapi pada hari pertama sudah ada surat dari Depkes dibawa langsung oleh  Dirjen ke UNDIP yang menyatakan dr Risma meninggal karena bunuh diri akibat perundungan, jelas Dr.dr Zaenal Mutaqin di podcast Jatengpos TV edisi pertama.

     Jadi kasus kematian dr Risma ini memang bukan berada diatas kanfas kain putih, melainkan ddiatas coreng moreng perseteruan antara Menkes dengan Tenaga Medis Kedokteran IDI. Resikonya, penyelesaian kasus bisa menjadi bias. Pertaanyaan yang mendasar bagi kita semua untuk direnungkan bersama; APAKAH SETIAP ADANYA KASUS KEMATIAN DILINGKUNGAN DUNIA PENDIDIKAN  SPESIALIS KEDOKTERAN BERPAGI-PAGI HARUS SELALU DIKAITKAN DENGAN AKIBAT BULLYING ??????

sumber podcast jatengposTV
sumber podcast jatengposTV

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun