Mohon tunggu...
Ruminto
Ruminto Mohon Tunggu... Guru - Back to Nature

Senang membaca dan menulis, menikmati musik pop sweet, nonton film atau drama yang humanistik dan film dokumenter dan senang menikmati alam.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Permintaan yang Tak Biasa

18 Juli 2024   08:17 Diperbarui: 18 Juli 2024   08:23 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Libur menjelang akhir tahun atau menjelang tahun ajaran baru, ada rasa kekhawatiran .apakah nanti anak kami tidak main  ha-pe melulu di rumah ? Ditegur, diingatkan dan bahka dimarahi tak alpa kami lakukan bila sudah dirasa terlalu lama waktunya. Tapi namanya juga anak, tetap saja sering tak begitu menghiraukan.

     Itulah yang kami cemaskan. Apa lagi waktu liburannya cukup pamjang, tiga minggu. Apa lagi dirumah ada dua ha-pe; miliku dan istriku, karena tuntutan pekerjaan. Dan anak kami yang semata wayang ini, sering betul " memanfaatkan " kelebihan itu. Gonta-gamti main secara diam-diam.

     Repotnya lagi, kalau libur panjang begini, teman-teman sekolahnya yang agak jauhan dikit rumahnya; beda rt-rw  tidak rajin datang nyamperin bermain. Pada hari-hari masuk sekolah, kadang pulang sekolah langsung datang ngajak main bareng atau mengerjakan tugas bersama. Setelah capek bermain, sambil istirahat kadang main ha-pe juga sih, tapi  tak apa, minimal sudah terselingi

     Makanya, menjelang tiba waktu libur panjang, kami sudah terbebani bayang-bayang masalah; bagaimana agar waktu libur itu tidak didominasi main ha-pe melulu ?

Diluar dugaan !

Waktu menjelang libur dan saat libur, ada " moment "penting bagi dia untuk meminta. Menjelang libur, sebelum ambil raport dia sudah bilang,kalau nanti dapat ranking satu, belikan ini atau itu. Dan yang kedua, disaat hari ulang tahunnya, dia juga sering merajuk, nanti ulang tahun dibelikan apa ?

     Tentu saja tidak semua permintaan yang berkaitan kedua moment itu kami penuhi. Apa lagi ranking satu juga belum pernah diraih. Saat ulang tahun juga tidak bahkan jarang banget memberikan hadiah yang " surprise " sekali. Paling banter merayakan dengan makan nasi kuning bersama-sama teman-teman mengaji ditempat mengaji. Soalnya teman-teman yang lain kebanyakan juga begitu.

     Tapi kali ini dia meminta yang agak laen. Agak beda dari permintaan biasanya. Biasanya mintanya seperti sepatu, baju atau tas bahkan pernah minta sepeda, karena sepeda yang lama sudah " kekecilan " apa lagi dulu belinya juga sepeda bekas. Karena sudah tambah besar, dan sepedanya nanti bisa digunakan saat sekolah di SMP, maka kami belikan yang baru sesuai seleranya. Kali ini dia minta yang beda, yaitu buku novel. Makanya aku lalu tanya ;

     " Novel apa ?"

     " Lima Sekawan !"

     " Emang kamu pernah baca ?" tanya saya ingin mengetes.

     " Ya pernah "

     " Dimana ?"

     " Di perpus sekolah "

     " Lha ya tinggal pinjem aja disitu." pura-pura saya menyarankan

     " Nggak boleh, karena masih baru."

     O, begitu " kasusnya " ?! Kasihan juga ya ? Bisanya cuma baca ditempat itu, saat istirahat.saja. padahal waktu istirahat kan cuma lima belas menit, itupun masih " terpotong " waktunya untuk jalannyaa,cari bukunya dan sebelum bel masuk kembali juga sudah harus dibalikin lagi dan dirapikan. Jadi hanya satu dua lembar saja yang bisa dibaca, padahal bukunya kan tebal..

     Tanpa buang waktu, saya searching dulu di google tentang buku tersebut. Liat-liat bukunya dan harganya. Setelah itu saya kontak keponakan saya yang ada di Jakarta untuk membelikan buku tersebut. Karena ditempat kami tidak ada toko buku bacaan, bahkan dikota kabupaten sekalipun.

Lima Sekawan, Penolong Kecemasan !

Sebenarnya kalau dia mulai tertarik dengan membaca buku, yang diawali dengan membaca buku cerita dan itu memang wajar sekali, kami , saya pribadi tidaklah heran. Ada genetiknya. Saya juga punya koleksi buku-buku bacaan, tapi bacaan orang dewasa atau umum, bacaan untuk anak-anak tidak ada, karena saya dulu  mampu beli buku setelah dewasa.

     Untuk permintaan anak saya itu, saya pesankan lima buku sekaligus. Karena ini baru beli pertama, keponakan saya , saya beri keluasaan untuk memilih judul -- judul bukunya. Lain halnya kalau nanti beli lagi tahap kedua, pasti harus mempertimbangkan buku yang sudah ada. Novel lima sekawan, cerita seri, tapi bukan serial, jadi tak masalah mau beli yang mana dulu ? Walaupun saya hobi baca, kebetulan Lima Sekawan ini dulu " terlewatkan " dari jilatan mata saya, saya belum pernah membacanya. Dulu yang saya baca dengan antusias sekali adalah " Rumah Kecil di Padang Rumput " yang juga kemudian diangkat menjadi film seri televisi, dulu diputar di TVRI.

     Kini Novel Lima Sekawan telah membantu kami mengatasi kecemasan menghadapi libur panjang anak kami. Minimal,waktunya tidak disibukan dengan main ha-pe melulu, karena harus bersaing dengan dorongan untuk membaca buku. Apa lagi kisah petualangan seperti novel Lima Sekawan ini, sangat mengundang rasa keingintahuan bagaimana kejadian selanjutnya dan bagaimana akhir kisahnya ? Terelbih lagi bagi anak-anak, yang ibarat kaki baru melangkah memasuki alam bebas kehiduan yang masih terbentang luas didepan penuh tanya.

     Karena saya dulu belum baca, maka sekarang ikt juga nebeng baca, bahkan persaing dengan anak saya, saya " provokasi " dia, bahwa saya sudah selesai baca buku yang ini, biar lebih semangat lagi membacanya. Tentu saja saya membacanya buku itu sekarang ini sudah ada " jarak ". Berbeda dengan ketika saat anak-anak dulu, dimana membaca buku cerita apa saja, rasanya itu seperti nyata ada, jadi antara fiksi dan realita sepertinya tak berbeda dalam imajinasinya.

     Bahkan, liburan sudah hampir habis, buku-buku tetsebut tentu belum bisa terbaca semuanya. Ini malah baik, sebab mau tidak mau, waktu main ha-pe akan tersaingi dengan waktu untuk membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun