Mohon tunggu...
Ruminto
Ruminto Mohon Tunggu... Guru - Back to Nature

Senang membaca dan menulis, menikmati musik pop sweet, nonton film atau drama yang humanistik dan film dokumenter dan senang menikmati alam.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ragam Bungkus Daun Pisang (Part 1)

24 Juli 2023   10:08 Diperbarui: 24 Juli 2023   10:15 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bungkus " tum " dan " pincuk " ( sumber : doc. koleksi foto pribadi )

Bungkus " nasi golong "

     Nasi golong yaitu nasi yang dipadatkan dan dibentuk berupa " setengah belahan bola ". Seperti sudah dijelaskan diatas tadi, nasi golong digunakana sebagai oleh-oleh dalam acara selamatan atau hajatan, terutama dijaman dulu, tapi sekarang juga masih ada hanya tidak seramai dulu lagi. Cara membungkusnya hampir sama dengan pincuk, tapi karena ukurannya " jumbo " tidak ditutup atasnya dengan daun pisang, melainkan terbuka, dan bentuknya meninggi. Untuk membungkus nasi golong ini memang dibutuhkan ukuran daun yang lebar dan panjang ( arah serat daunnya ).

Bungkus " gulung "

     Bungkus gulung ini, masih banyak digunakan saat ini. Contohnya juga gampang ditemukan, yaitu lontong, arem-arem ataupun lupis. Bentuknya seperti tabung, kedua ujungnya disemat dengan biting. Nasi bakar juga menggunakan membungkusnya dengan model ini, dan aroma daunya menambah nikmat sensasi tersendiri.

Antara pepes dan gulung ?

     Bila ditelisik, ada makanan yang dibungkus model antara pepes dan gulung. Misalnya kue lemet singkong. Membungkusnya digulung, tapi bentuknya tidak seperti arem-arem atau lontong, melainkan lebih ke bentuk persegi panjang, dan  membungkusnya ujungnya ditekuk lalu dilipat kebawah seperti pincuk. Demikian pula bungkus " tempe " daun. Bentuknya lebar persegi, tapi tipis ( walau ada juga " tempe munthuk " , tengahnya lebih tebal meninggi, biaanya untuk dibikin tempe bacem, kalau di yogya tempe munthuk ini banyak dimasak sebagai pelengkap  gudeg ), membungkusnya ditekuk dan dilipat kebawah, kemudian dikencangkan dengan tali serat bambu atau dengan  " oman " batang tangkai padi, ketika waktu potong padi masih menggunakan " ani-ani " dulu. Bungkus tempe sekarang, walau masih menggunakan daun pisang, tapi  biasanya dibantu pula denga kertas bagian luarnya, karena daun juga semakain langka dan sementara ini kertas bekas masih mudah didapat.

Bungkus unik

     Biarpun sudah di identifikasi sedemikian rupa, namun masih tersisa juga yang tak teridentifikasi namanya. Untuk mudahnya, kita beri nama saja bungkus unik. Ada kueh tradisional, seperti " koci dan awug-awug ", keduanya terbuat dari tepung ketan, bungkusnya tergolong unik. Untuk kueh koci, bungkusnya kayak " model piramid " sedang awug-awug, modelnya mirip kipas tapi tidak mengembang penuh dan di semat biting. Kadang koci juga ada yang dibungkus seperti itu, tahunya koci apa awaug-awug adalah setelah dibuka ketika makan ( atau dari orang sebelahnya yang sudah makan ha ha ... dalam acara hajatan ). Dan yang unik lagi adalah lemper, tapi lemper desa ya, bukan lemper kota. Lemper desa, setelah nasi ketan dibentuk lemper. dibungkus gulung dengan selembar daun kecil sebagai mana layaknya, kemudian dibungkus lagi sebagai bungkus luar dengan yang lebih lebar dan unik bentuknya, karena ada " sayap-sayapnya " kedua sisinya yang berbentuk segitiga dan disemat dengan biting, atau kalau itu sulit untuk jaman sekarang, " sayapnya tidak berbentu segitiga melainkan sisa daun papa adanya kemudian dilipat dan dikikat denga tali serat bambu, kemudian dikukus lagi, jadi daun pembungkus juga matang. Apalagi waktu membentuk lemper juga harus ditekan kuat-kuat, jadi lebih kenyal. Beda dengan lemper kota ( ma'af ya bagi orang kota ), kueh lemper dibungkus dengan selembar kecil daun, kemudian direkatkan dengan isolasi, tidak dikukus lagi, jadi daunnya  " mentah "  ( Bersambung ...)

bungkus
bungkus " tum " dan " pincuk " ( sumber : doc. koleksi foto pribadi )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun