DAN KALAU sekarang ( masih ) ada parpol yang mengususng artis untuk dijagokan dalam pileg, atas dasar apa ? Apakah artis sekarang masih punya daya tarik bagi massa untuk memilihnya ? Apakah artis sekarang masih punya kharisma ? ( Kecuali Nela Kharisma ya .... Tuh namanya saja sudah " berkharisma " ). Cobalah kita lihat artis-artis jaman sekarang.
   Kita mulai lihat artis ibu kota. Satu hal yang perlu kita sadari bersama, artis ibu kota sekarang sudah tidak " segemerlap " dimata publik seperti dahulu. Apa lagi bila artis-artis itu hanya dibesarkan diruang " Gosip Selebritis ", yang minim ( klau tidak dikatakan malah nihil ) prestasi seni. Kalau itu terlalu " tinggi ", yah ... sekedar jejak seni yang berarti. Pribadi seniman yang berkarkter tidak terbentuk. Dengan prototype seperti itu, apa yang bisa mereka " jual " kepada publik untuk duduk dikursi legislatif ?  Sebab, berbicara tentang caleg, kita tidak bisa mengabaikan unsur kapabilitas. Sebab tanpa kapabilitas, mereka bukan apa-apa, juga bukan siapa-siapa, bila tidak bisa apa-apa !
   Sedangkan untuk artis daerah ( lokal ) memang kepopuleran mereka dikalangan masyarakat akar rmput, boleh dibilang cukup lumayan, karena ditopang oleh genre musik yang merakyat, yaitu dangdut koplo dan ditunjang dengan chanel Youtube yang bisa diakses tanpa pbatas tanpa sekat oleh segenap kalangan masyarakat. Namun secara sosiologis, artis daerah ini menghadapi tantangan harus mampu hidup dengan kultur metropolitan yang berwawasan keintelektualan. Dengan kata lain, tidak cukup hanya berbekal keartisan semata, walaupun misalnya secara finansial juga mendukung. Sebab menjadi anggauta legislatif itu bukan lagi kontes ayu dan kaya, tapi kontes adu kepintaran pemikiran.
Bukan Apriori
MA'AF bukannya saya apriori terhadap kemapuan para artis, sebab sayapun respec terhadap para artis yang komit dengan keartisan mereka yang diwujudkan dengan karya yang berjejak. Tanpa harus " ngoyoworo " masuk kedunia politik, karena memang buka bidangnya, tapi mereka tetap diperhingkan dalam dunia keartisan mereka. Dalam group musik ada Bimbo, ada Ebiet, ada Iwan F. dalam dunia film ada Garin  Nugoho, Cristine hakim. Dalam dunia sintron ada Dedi Setiadi dan almarhum Irwinsyah dan lain-lainya.
   Kita juga tak bisa menutup mata, mereka yang sebenarnya kuat dalam berseni, namun ketika masuk kedunia politik, karena daya tariknya sebagai artis dulu, hanya berprestasi biasa-biasa saja. Dedy Mizwar dan Rano Karno contohnya. Sinetron religius Lorong Waktu-nya Dedy Mizwar, yang diputar setia sore saat Ramadhan dulu, siapa yang tak suka ? Dan sinetron berlatar belakang budaya Betawi, si Doel Anak Sekolahan, siapa yang tak suka pula ?
   Dan lagi-lagi saya harus jujur, ada artis yang sukses dua-duanya, yaitu Sophan Sophian. Sebagai pemain film dan sutradara, dia tergolong papan atas. Pernah dapat piala citra untuk film Letnan Harahap yang dibintangi Kaharudinsyah. Sebagai anggauta legislatif dibawah naungan PDIP, dia " sukses " ( bukan dalam arti mengumpulkan harta yang banyak sebagai anggauta dewan ), melainkan sukses memerankan dirinya sebagai anggauta dewan yang bisa bersuara vocal, menunjukan kepribadian dirinya untuk menyuarakan hati nurani rakyat yang diwakilinya. Bukan angauta legislatif yang a n o n I m !
   Jadi artis nyaleg ya syah -- syah saja. Tapi tak perlu memaksakan diri. Melainkan realistis sajalah dengan kemapuan diri yang dimilkinya. Saya pikir itu malah lebih bermartabat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H