Bila demikian, previlise sudah tidak berarti banyak. Kalaupun ada , privilise sudah bersifat formal, lokal  dan artifisial. Maka sangat mengherankan kekisruhan di keraton mangkunegaran Solo, tak juga berakhir. Keratonsekarang sudah tidak punya kuasa, mereka berebut apa ? Orang diluar tembok memandang keraton dengan pandangan yang biasa. Tak lagi istimewa.
   Karena alasan itu semua, tidak perlu memperkenalkan privilese yang dimiliiki orang tua kepada anaknya. Bumi kehidupan kini datar sudah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H