Mohon tunggu...
Ruminto
Ruminto Mohon Tunggu... Guru - Back to Nature

Senang membaca dan menulis, menikmati musik pop sweet, nonton film atau drama yang humanistik dan film dokumenter dan senang menikmati alam.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jepang Emang "Baper" ( Part 2 )

3 April 2023   15:45 Diperbarui: 3 April 2023   15:51 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jepang Emang " Baper  "  ( Part 2 )

PERNAHKAN misalnya lihat di televisi bagaimana suasana keramaian orang Jepang dijalanan ?  Ya, mereka kalau berjalan seperti terburu-buru begitu. Kok nggak ada yang nampak santai sambil ngobrol dikit, atau bercanda ria gembira ?

Baper Jalanan

YA, karena aturan kerja di Jepang itu dari segi waktu bukan hanya " on time ", tapi malah " hyper on time ". Masih ingat kan, bila waktu kerjanya jam setengah delapan, jam tujuh sudah harus " start up "!. Sehingga mau tidak mau orang pergi ketempat kerja ya harus bergegas. Mau naik transportasi umumpun, jam keberangkatannya juga " on time " banget. Kembali ke topik orang berjalan yang terburu-buru .  Karena di jalan juga banyak orang lain yang sedang berjalan cepat-cepat, sehingga kita tidak boleh " menghambat " jalannya mereka juga. Menghambat gemana sih, kita kan nggak ngapa-ngapain ?!

     Emang sih kita ngga ngapa-ngapain, kita juga sama-sama jalan kok ?! Tapi bila kita berjalan lambat, orang yang sedang berjalan cepat dibelakang kita jadi " terganggu ". Karena harus ikut memperlambat juga jalannya, atau kalau mau tetap cepat, berarti harus " ngegass " lagi  agar bisa mendahului kita  yang jalannya " lenggang kangkung " gitu.

     Oleh karena itu pula, bila kita sedang berjalan nggak boleh sambil main gadged, buka WA chatingan, apa lagi sambil ketawa-ketiwi hi hi .... Terus kalau misalnya penting banget harus buka WA gemana ? Ya menepi dan berhenti, baru buka WA.  Pernah ketika aku baru datang, sambil jalan buka-buka WA. Eh ... tahu-tahu ada polisi dekatnya dan menegurku, lain kali nggak boleh lagi begitu ! Jadi " baper malu " kan; ketahuan kalau ini orang baru datang dari ( negara ) udik .... nggak tahu aturan.

     Tapi kalau " japri " boleh sambil jalan, sebab pakai headset, jadi tetap bisa jalan cepat dan tidak menganggu orang jalan dibelakangnya.

Baper Eskalator

BUKAN hanya dijalan saja kita mesti " baper " terhadap pejalan kaki lainnya, tapi bila kita naik eskalatorpun , bila menghendaki  harus " baper " juga. Kok sampai sebegitunya sih ? Ya , memang jalur cepatnya di jalan, rupanya masih  nyambung juga samapai ke eskalator.

     Eskalator di Jepang itu dibagi dua jalur; jalur cepat dan jalur " lambat " ( santai ). Bila kita memilih berada di jalur cepat, berarti kaki kita harus tetap jalan juga diatas eskalator yang sedang berjalan itu. Sedang bila kita pilih jalur santai, maka kita cukup berdiri diam gitu sebagaimana lazimnya, biar tangga eskalator yang membawanya pergi. Dan sedikit perlu diketahui, biasanya yang berada di jalur lambat adalah para orang tua atau manula. Sehingga, bila  kita yang masih muda perkasa ini lalu memposisikan diri berada di " jalur manula " ini, kira-kira " baper malu " ndak ya ? Memang enggak salah atau menyalahi aturan sih, mungkin sekali-kali jadi " manula " ndak apa-apa ya ?

Angkat dulu itu mangkuknya !

BILA kita masuk ke restoran, kita akan disambut dengan sangat ramah. bukan hanya oleh resepsionis atau juru saji, tapi koki yang lagi sibuk pun bila tahu ada pengunjung datang, akan mengucapkan selamat datang juga. Oh ya resto di Jepang agak terbuka ya, jadi koki pun bisa terlihat oleh pengunjung dan sebaliknya pula. Bila kita sedang makan ramen misalnya, ketika menyeruput kuahnya samapi bunyi sruputtt .... gitu , itu nggak apa-apa kok, malah senang " resto "-nya berarti kita nikmat banget makannya karena enak masakannya.

     Dan bila kita sudah selesai makan, jangan langsung pergi begitu saja ya ?! Tapi angkat dulu itu mangkuknya dan atau piringnya ! Bawalah singkirkan ketempat piring kotor yang sudah disediakan. Memang tidak semua resto begitu, kadang ada juga petugas khusus yang mengurusi hal begitu. Tapi bila kita " nyasar " ke resto " mandiri " begitu, ya tidak dengan terpaksa kita lakukan hal itu. Bila ada sisa makan, kita taruh juga ditempat yang sudah disediakan. Ada juga resto atau kantin yang menyediakan  tempat membilas piring kotor denga pancuran-pancura kecil berjajar-jajar kayak tempat wudhu. Setelah dibilas dipancuran itu tadi, letakan piring " dijalur berjalan " nanti piring tersebut akan dibawa pergi menuju ketempat cucian yang sebenarnya sampai kinclong !

     Bila sudah beres, jangan langsung ngeloyor pergi beitu saja. Tapi sambil membungkukan badan, pamit dengan ucapa :" terimakasih, masakan anda enak sekali !"

Baper Remeh-Tameh

APA bisa kita dekat dengan cewek ( karena aku cowok ) Jepang misalnya ?  Sebelum saya jawab, saya beri contoh pengalaman pribadi dulu. Aku pernah kenal dekat dengan seorang cewek Jepang.  Bahkan sempat selvi bareng juga di pantai. Dia juga bercerita tentang kehidupan ( ma'af ) seks remaja di Jepang. Padahal aku sendiri nggak berani menyinggung nyinggung membicarakan masalah tersebut, takut dianggap tidak tahu aturan. Sebab bagi kita itu kan masalah yang " tabu ". Dan waktu  itu kami bukan hanya berdua ya, tapi dia ditemani seorang cewek yang  lain juga. Dari situ, aku bisa ambil kesimpulan, berteman dekat dengan orang jepang, bukan hal yang mustahil. Resepnya ?

     Kalau kita berjanji untuk bertemu dengan mereka, jangan sampai mereka yang menunggu kita, tapi kitalah ang menunggu mereka. Jadi kita yang mesti datang duluan. Dan kalau kita berjanji bertemu yang bersifat khusus, misal penting banget atau baru pertama, jangan lupa bawa souvenir. Tidak perlu yang mahal-mahal, yang penting ada. Sebab itu merupakan pertanda kita menghargai mereka.

     Terus, kalau kita bertemu dengan seseorang pertemuan yang bersifat pribadi, jangan lupa beri perhatian lebih. Caranya sederhana aja kok, misal dengan ucapan ; " wah, hari ini dandanan rambutmu cantik sekali !" atau " bajumu motif bunganya unik sekali , bunga apa itu ya ? " sambil senyum ramah. mudah kan ; " baper remeh temeh ".

Ke sekolah, " baper bareng "

PERLU diketahui, anak sekolah di Jepang, sampai tingkat SLA tidak boleh naik sepeda motor. Sedang baju seragam mereka, untuk anak perempuan, " rok mini " sekalipun dimusim dingin. Sedang anak laki-laki celananpanjang. Dan mereka nampak rapi, sebab tidak ada yang " mbeling " pake baju seenaknya saja.

     Mereka kalau berangkat sekolah, umumnya jalan kaki dan bareng. Kok bisa ?! Bisa, karena sudah diatur berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, misalnya berdasarkan per RT kalau kita. Jadi kalau berangkat kumpul dulu di suatu tempat, dan kalau sudah lengkap, baru berangkat bareng. Menunggu samapi anggautanya lengkap, tentu bukan hal yang sulit, karena sudah terbiasa disiplin. Titk kumpul ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama.

     Sedangkan untuk anak SD, mereka didampingi oleh salah seorang wali muridnya. Wali murid pendamping ini, digilir diantara sesama anggautanya. Wali pendamping ini terutama bertugas untuk membantu mereka menyeberang jalan, sekalipun lalu intas di jepang itu tertib sungguh. Tapi karena mereka masih anak-anak, untuk lebih amannya didampingi.

Tetel = mochi; " baper  alot !"

BAGI kita, terutama orang Jawa, kueh " tetel " sudah akrab betul. Sebab bagi orang Jawa itu merupakan salah satu jenis " jajan pasar " yang mesti ada dalam setiap upacara tradisi dikampung-kampung.  " Tetel "  terbuat dari ketan yang ditumbuk halus dan ada campuran kelapa parut serta garam waktu mengukusnya. Sehingga rasanya ada sedikit gurih-gurinya dan " a lot "; kenyal dan liat ! Nama lain tetel adalah " gemblong " atau ada juga yang menyebutnya " jadah " ( tapi bukan umpatan si anak haram jadah ya ?! )

     Di Jepang, ternyata ada juga penganan  " tetel  " ini, yang disebut dengan "  mochi ". Agaknya mochi ini nama yang umum untuk makanan yang dibuat dari tepung ketan atau ketan yang dihaluskan. Sebab kuliner Cina juga mengenal mochi bukan, yang berbahan dasar tepung ketan. ( Eh , bisa-bisa dodol Garutpun kalau di Jepang disebut mochi juga ya, mochi garut ha ha ha ...!}. Tapi  untuk  " tetel "  Jepang ini memang rasanya tawar ( oraang jawa bilang " anyep " ) karena tidak ada tambahan garam dan kelapa parut. Ya di jepang kan nggak ada ( pohon ) kelapa, jadi apa adanya aja. Hanya saja untukn jaman sekarang, penyajiannya bisa dimodif, misal dengan diberi " isi " agar rasanya lebih " mak nyusss " agar bisa diterima oleh lidah anak jaman " now ".

     Pada perayaan " hanami " yang jatuh pada bulan ketiga akhir atau memasuki bulan ke  empat ,bunga sakura sedang " mekrok-mekrok"nya. Ini dijadikan hari libur nasional. Orang-orang menikmati  keindahan bunga sakura ditaman-taman. Nah pada perayaan " hanami " itu, ada juga ditampilkan pembuatan mochi secara tradisional. Ada " lumpang " dan " (p)alu " yang terbuat dari kayu. Dan sipembuat kueh mochi ini memakai baju adat tradisional. Ayo ... siapa yang mau mencicipi mochi hanami ... tapi mesti beli ya ? Tapi hati-hati ya, kalau giginya lagi " agak goyang " sebaiknya dihindari, sebab mochi ini " baber a lot ", e ... takut giginya copot ! ( tamat )

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun