Sebulan terakhir ini kita diramaikan pembelian alusita TNI untuk berbagai mantra TNI tentunya alusita ini sangat penting untuk menjaga kedaulatan negara kita. luasnya wilayah Indonesia yang tentunya membutuhkan pengawasan yang cakupannya sangat luas sehingga alat-alat pertahananpun yang dibutuhkan sangat banyak dan besar.Â
Keterbatasan anggaran menjadi penyebab utama dalam pengadaan alusita ini sehingga option senjata bekas biasanya dari hibah tapi tidak selalu kadang kita membelinya secara langsung seperti F16 dari AS, lalu main batle tank leopard dari German dan masih banyak lagi.Â
Usahapun tidak sampai disitu untuk mencukupi kekuatan minimum atau minimum essential Force (MEF) dengan melakukan diversifikasi dan modifikasi pada alusita yang sudah tua dengan harapan dapat menambah usia tempur alusita kekuatan TNI.
selama ini industrialisasi alusita TNI perkembangannya cukup membanggakan seperti pindad yang sudah mulai memproduksi medium tank harimau hitam. PT.PAL sudah mampu merakit kapal selam kelas ringan kelas changbogo kemudia PT. DI sedang memproduksi MALE drone kelas medium dan LAPAN sedang melakukan proyek rudal nasional R-HAN dengan berbagai kaliber dan masih banyak lagi hasil karya anak bangsa yang membangkan kita.
hanya saja perkembangan alusita yang diproduksi ditanah air belum sampai kepada senjata utama seperti pesawat tempur, main batle tank, freegate, destroyer, kapal selam medium kelas Kilo dan rudah jelah yang sampai saat ini masih tergantung kepada negara lain dalam pengadaannya. sehingga dalam jangka panjang tentunya sangat merugikan disamping akan menguras APBN juga bisa saja kita diembargo oleh negara produsen seperti kasus timor-timor, AS melakukan embargo senjata kepada Indonsia akibattnya alusita dari AS kita sangat kesulitan dalam suku cadang alat pertahanan tersebut.
Sehingga dari latarbelakang tersebut adalah hukumnya mutlak atau wajib Indonesia menguasai teknologi dalam memproduksi alusita utama kebutuhan TNI. kita mulai dengan pesawat tempur hampir sepuluh tahun ini kita melakukan kerjasama dengan korsel dalam proyek Boramae pesawat tempur generasi 4.5 yang uji terbang perdana pada tahun 2022 ini, harus kita manfaatkan dan kita dukung penuh proyek tersebut karena modal utama dalam masa datang dengan mempersiapkan pengembangan kedepan menjadi pesawat tempur generasi ke 5.Â
Salah satunya pembelian dassault rafale yang kita beli dengan TOT dimana kedepan teknologinya kita bisa cangkokan kepada proyek boramai. sehingga renegosiasi yang berarut rarut dan gagal bayarnya kita terhadap proyek tersebut jangan sampai terjadilagi karena proyek tersebut bukan masalah untung rugi tetapi masalah kedaulatan sebagai bangsa.
Turki adalah salah satu negara sahabat Indonesia yang sampai saat ini terjalin kerjasama yang baik dibebagai bidang termasuk dalan bidang pertahanan yaitu pengembangan medium tank dengan nama harimau hitam versi pindad dan kavlan versi Turki meskipun saat ini kurang bergaung namanya tank tersebut tetapi medium tank ini adalah jalan kita bisa atau mampu mengusai teknologi main batle tank (MBT) seperti leopard dari jerman, M1 dari AS, Lecker Francis, Challanger Inggris dan Armata dari Rusia.Â
Turki adalah negara yang tidak pelit dengan teknologi dan negara yang paling maju dalam teknogi pertahananya dikawasan timur tengah. hungan baik selama ini harus kita tingkatkan dengan menjalin kerjasama yang semakin intensif serperti Turki memliki proyek MBT Altay dan sudah teruji tidak ada salahnya kita bergabung dengan proyek tersebut dan saya yakit turki akan menyambut baik.Â
Kemudia Turki sudah mampu memproduski heli serang sekelas Aphace dari AS, Mi35, Mi24 dari rusia tentunya kita sangat prihatin sudah puluhan tahun kita mampu merakit helicopter tetapi belum ada proges dalam pengembangan heli tempur serang TNI.
Kemudian dalam alusita untuk pertahanan angkatan laut kita sangat banyak negara sahabat yang selalu menawarkan kerjasama dalam pengembangan Kapal perang dan kapal selam untuk kapal selam kita sudah memulainya dengan proyek changbogo dan sudah diproduksi di PT PAL tahap selanjutnya tinggal meningkatkan kelas kapal selamnya. untuk kapal perang kita perlu berbangga kapal perang kelas korvet dan kelas angkut kita sudah mampu memprodusinya dan sudah beberapa negara memakai produk tersebut.Â
hanya saja untuk kelas fregate dan destroyer kita belum mampu meproduksi sendiri tentunya butuh patner yang cocok dalam melakukan kerjasama tersebut, dulu ada proyek fregate sigma dengan belanda tentapi beritanya kurang lagi terdengar. sebagai penulis saya juga kadang bingung dengan sikap belanda yang cendrung sulit melakukan kerjasama dalam sistem pertahanan mungkin karena memiliki hstory sendiri sehingga terkesan sulit.Â
salah satu yang menggembirakan saat ini adalah rencana pembelian fregate dari Jepang kelas mogami. jepang yang selama ini menutup diri dalam teknologi pertahanan mulai terbuka setelah dirubahnya undang-undang konstitusi dalam pertahanan. perubahan kontitusi jepang harus kita manfaatkan dengan melakukan kerjasama dibidang kerjasama sesuai yang kita butuhkan. apalagi jepang saat ini dalam pengembangan proyek pesawat tempur generasi kelima Shinshin.
dengan berbagai peluang, kelebihan dan ancama yang kita miliki tentunya harus kita manfaatkan dan kita mengantisifikasinya baik dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. kemampuan dalam memproduksi alat utama pertahanan jangan dikaitkan lagi dengan untung dan rugi karena ini merupakan kedaulatan sebagai bangsa. pengembangan alusita ini bukan masalah tentang cocok atau tidak, akan dipakai atau tidak tetapi kita harus mampu menguasainya. jangan sampai kita hanya menjadi penonton dan hanya sebagai pembeli dan selalu tergantung dengan alusita dari negara lain. semoga artikel ini bermanfaat jaya selalu TNI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H