Mohon tunggu...
Rumiyati Akana
Rumiyati Akana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tirai Terurai

4 November 2017   18:35 Diperbarui: 4 November 2017   19:02 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan dibulan november selalu muncul menjelang siang hingga malam hari. Suasana dingin menyerang sendi-sendi yang letih akibat sejak pagi terus beraktifitas tanpa henti. Pagi tadi sinar begitu cerah menguatkan langkah untuk terus bergerak tanpa henti. Sejak pagi semua alat komunikasi sudah diaktifkan, media sosial tidak luput dari pandangan.

 Jari-jemari lentik terus mencari nomor-nomor penting untuk segera dihubungi. tak sedetikpun nafas terasa, hanya komunikasi aktif yang ada di seluruh otak dan raga.Rutinitas yang sama menjawab konsultasi dari satu pintu komunikasi kepintu komunikasi yang lain. Hari ini ada sedikit masalah dapat kabar dari seberang ada korban Human Trafficking yang membutuhkan bantuan.  Komunikasi aktif kesemua pihak dilakukan tanpa terkecuali kenalan pribadi hingga para birokrasi yang memiliki kapasitas untuk menanganinya. 

Semua berlalu begitu cepat, proses mengembalikan korban kekeluarganya berjalan begitu lancar. Kekuatan jaringan menunjukkan kekuatan bahwa penanganan kasus bisa berjalan maksimal. Dalam waktu tiga hari korban sudah kembali kepada keluarganya dengan kondisi kejiwaan yang stabil dan siap menjalankan kehidupan baru diruang baru. Selesai satu persoalan, telepon berdering kembali dan kasus yang sama menanti. Kembali berproses mengantarkan jaringan untuk bergerak cepat, namun kali ini semuanya gagal dan korban sudah ditangan agen kembali. Selangkah lebih lambat mengantarkan proses yang tidak sesuai dengan harapan. 

Begitulah sehari-hari berkutat dengan hal tersebut, tirai-tirai dibalik jendela menjadi teman setia. Setiap pagi dia terbuka dan memberikan peran kepada cahaya matahari untuk menyinari ruangan ini. Cahaya memberi kehangatan di pagi hari ditambah secangkir teh manis dan sedikit cemilan menguatkan jiwa-jiwa yang lemah. Kehangatan pagi mengantarkan sisa-sisa kesedihan karena kegagalan dalam satu persoalan. Kesedihan tidak bisa terbendung meski hangatnya pagi sudah begitu maksimal. 

Lagi-lagi ada perempuan menjadi korban dan tidak terselematkan. Hanya bisa berkata salah siapakah ini ??? kurang cepatkah cara bekerja, kurang maksimal dalam membangun kekuatan atau ada persoalan apa ??? Akhirnya semua tanya hanya berkutat di otak saja. Semua tanya tak harus dijawab, biarkan sang waktu yang terus menunjukkan kekuatanya. Kesedihan terus melanda, namun itukah jawabanya? Bersembunyi dibalik kesedihan dan menghentikan semua aktivitas. Bodoh sekali otak-otak kerdil karena sedikit kegagalan langsung mengalihkan otak menuju kesedihan dan melemahkan jiwa sendiri. 

Sang pena mulai menari-nari di atas kertas, menuliskan sejuta kata semangat, sejuta impian, dan sejuta kata-kata mutiara yang selalu muncul dalam setiap pencarian didunia maya. kekuatan pena begitu besar untuk menguatkan dan melupakan setitik kegagalan. Ada jaringan yang lebih kuat disana, ada modal yang lebih besar disana dan ada kekuatan hukum yang melindungi mereka disana. Itulah jawaban sebenarnya, sehingga selangkah lebih lambat maka kekalahan yang didapat. Sang pena terus menebarkan kekuatan dan menguatkan langkah. Pena itu selalu jujur terhadap kehidupan yang ada. Dia tidak mempedulikan meski sudah memberikan bantuan dalam tulisan yang menguatkan namun kadang dia dibuang begitu saja saat tak mampu lagi menuliskan kata. Sang pena terus membantu ketika nanti dia dibutuhkan kembali untuk mengingatkan sejuta impian yang sudah pernah tertuliskan disaat sedih melanda. 

Pemilik pena itu bernama Asa, sesosok perempuan yang selalu dianggap kuat oleh rekanan kerjanya. Malam ini asa mendapatkan pesan singkat dalam salah satu Whatshaap yang dimilikinya. Pesan sederhana oleh seorang anak magang yang baru menceburkan dirinya ditempat kerja Asa. Pesan itu berisikan makna kekuatan yang dimiliki Asa sebagai perempuan yang kuat dan teguh meski sedang berbadan dua. Anak magang tersebut baru terlibat selama satu bulan dan masih banyak hal yang harus dipelajari. Minimal pesan dari anak magang tersebut memberikan satu kekuatan lagi bahwa semua harus berjalan dengan baik tanpa banyak keluhan. Kuat dan teguh bukan makna yang sembarangan, bukan bangga dengan pernyataan anak tersebut, namun Asa justru semakin terpuruk dengan pernyataan itu. Ada banyak hal yang dianggap Asa belum dikerjakan, tugas yang tak kunjung usai dan kekuatan yang semakin memudar. Pernyataan itu terus mengganggu pikiranya hingga malam ini dia tidak bisa terpejam dan teringat pernyataan tersebut. 

Asa pun kembali mengingat seluruh proses perjalanan hidupnya. Dia selalu diajarkan sikap dan rasa kemandirian yang kuat. Perempuan harus kuat dan mandiri supaya dia tidak tergantung dengan siapapun didunia ini. Pembelajaran pertama diajarkan sejak ibunya bekerja keluar kota pada saat dia kelas 6 SD. Dia mulai mengatur hidupnya sendiri dan mulai membuat perencanaan-perencanaan dalam hidup danmengubur semua cita-cita masa kecilnya. Dia hanya tahu hidup adalah untuk bertahan dan menguatkan diri dalam kondisi apapun. kerasnya kehidupan mengantarkan dirinya untuk terus berprestasi dilingkungan sekolah dengan alasan orang lain akan menghargainya ketika dia bisa berprestasi. Meskipun beberapa kegagalan mengantarkan dirinya masuk kesekolah menengah yang tidak berkelas bahkan bisa dikatakan terbuang. Di Sekolah ini justru dia menemukan kehidupan yang sederhana, kehidupan orang-orang desa yang menempuh pendidikan dikota. Pertemanan sejati dalam setiap tindakan. Asa mulai berkeliling desa untuk berkunjung kerumah teman-temanya. Mereka anak-anak orang berada didesanya namun mereka biasa saja dan tidak pernah membanggakan harta yang dimiliki orang tuanya. Pembelajaran inilah yang kelak meneguhkan jiwa asa untuk terus bergerak dan melakukan perubahan-perubahan kecil di sekelilingnya. 

Asa kini sudah berbadan dua dan memiliki suami yang begitu sempurna. Mendukung seluruh proses dan aktivitas yang dilakukanya. Dalam kondisi ini pun Asa tak pernah surut untuk menjalankan apa yang menjadi pilihan hidupnya. Bergerak dalam dunia sosial untuk membantu korban Human Trafficking sesuai dengan kemampuanya. Dunia yang tidak pernah ada dalam kamus-kamus para orang tua. Pekerjaan aneh yang dianggap palsu bagi semua orang tua. Tentunya harapan orang tua menyekolahkan anaknya sampai kebangku kuliah supaya menjadi pekerja profesional dengan gaji bulanan yang mampu untuk menopang kehidupan. Sekali lagi pilihan Asa bukan tanpa sebab, dia sudah terlanjur mencintai dunianya. Dia tidak pernah berpikir lagi tentang kebutuhan hidupnya. Semua hanya dia serahkan kepada sang pencipta kemana akan membawa laju jalan Asa mengarungi bahtera kehidupan ini. 

Asa kembali duduk dan memandangi tirai jendela pagi ini, cuaca begitu bersahabat. Cerahnya sinar matahari menembus ruangan dan memberikan kehangatan untuk setiap orang didalam ruangan. Kembali kerutinitas pagi semua alat komunikasi aktif tidak ketinggalan pena kesayangan sudah berada dihadapanya. Alunan musik mulai melengkapi ruangan yang hangat. Komunikasi kembali aktif ke semua pihak dan berharap selalu ada kabar gembira tanpa harus memunculkan kesedihan dan duka dipagi hari. Hangatnya pagi harus diisi dengan semangat membara.  Satu persatu daftar pekerjaan sudah menunggu segera selesaikan berkas-berkas tercecer yang belum sempat terbuka karena kesedihan beberapa hari lalu. Pagi ini harus menjadi pagi yang bermanfaat, karena waktu tidak akan pernah kembali dan kesempatan tidak pernah datang dua kali. 

Asa selalu belajar pada tirai yang terurai pada saat malam tiba, dia mampu menutup semua kehidupan dalam ruangan itu. Tirai itu bekerja sempurna dalam menutup malam setiap keluarga. Dia Terurai dan menutup semua jendela jendela untuk sekedar memberikan kenyamanan bagi setiap orang yang berada dalam rumah. Tirai memainkan peranya dengan baik dimalam hari, sehingga manusia-manusia diluar rumah tidak pernah memahami apa yang terjadi dalam setiap rumah. Tirai juga menjadi penjaga pemilik rumah supaya bisa beristirahat dengan tenang dimalam hari. Bahkan orang-orang tidak pernah menganggap peran yang begitu penting dalam kehidupanya. Tirai hanya dianggap sebagai hiasan dan pelengkap jendela saja supaya tampak menarik jika ada tamu-tamu yang berkunjung. 

Pembelajaran penting bagi Asa adalah tidak perlu menjadi barang-barang mewah yang selalu dibawa oleh sang tuan rumah. Seperti perhiasan dan make up tebal untuk melengkapi kesempurnaan perempuan. Meski barang tersebut selalu dibanggakan dan diistimewakan namun peranya hanya perhiasan dan riasan yang bisa akan selalu digantikan setiap malam tiba. Berbeda dengan tirai jendela yang tak pernah terlihat seolah-olah dia hanya perhiasan namun dia lebih bertahan lama dan bisa dipakai berulang-ulang untuk menutup semua ruangan dan berbagi cahaya dengan matahari di pagi hari dan cahaya listrik dimalam hari. Kenapa tiba-tiba tirai itu terus mengganggu pikiranya ??? Karena Asa selalu suka membuka membuka jendela dipagi hari dan menyingkapkan tirainya terlebih dahulu untuk sekedar bertemu dengan matahari pagi. Baginya matahari pagi adalah kekuatan untuk seluruh alam semesta dan selalu memberikan kehidupan baru bagi setiap manusia yang membuka mata dipagi hari. 

Asa kembali berkutat dengan berlembar-lembar kertas dihadapanya tanpa ragu. Satu persatu tugas dan beban itu berkurang. Pekerjaan mulai selesai dan membuahkan hasil. Sudah saatnya membiarkan diri mengembara bersama kata-kata yang sudah disiapkan oleh sang pena didepanya. Tirai dijendela itu sudah terbuka dengan sempurna membuat ruangan semakin terbuka. otak-otak kerdil mulai menghilang tergantikan otak-otak pekerja keras. Otak perempuan tangguh tanpa keluhan dan selesaikan semuanya tepat waktu. Hasil pasti akan didapat kemudian, jika terjebak dalam otak-otak kerdil dan kesedihan hanya akan mengantarkan kejurang kebodohan dan semakin tertinggal jauh dari dunia yang terus bergerak. Gerakan dunia hari ini selalu berubah bahkan dalam hitungan detik. Pagi ini Asa mengucapkan banyak terima kasih kepada tirai-tirai dirumah dan ruang kerjanya. Menjadi manusia biasa dan terus berkarya itu saja yang dipilih Asa untuk menutup semua lembaran duka ketika mengalami kegagalan atas setiap kasus yang tidak terselesaikan atau gagal dan tidak sesuai dengan keinginan. 

Sudah saatnya Asa sejenak menghentikan semua beban dipikiran dan pekerjaan yang tak kan pernah usai. Kali ini Asa memutuskan untuk memilih tempat menyendiri dan membiarkan dirinya tenang bersama tirai dibalik jendela. Asa merapikan tirai yang tergerai dijendela dan dia menghempaskan kepalanya ke tirai tersebut untuk sejenak berbagi keluh kesah dan mengucapkan banyak terima kasih kepadanya. Tirai tersebut telah mampu mengantarkan kejenuhan dan sedikit kelelahan diotaknya dan mengembalikanya menjadi jiwa-jiwa yang kuat dan menguatkan bagi sesama. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun