Mohon tunggu...
Rumiyati Akana
Rumiyati Akana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tirai Terurai

4 November 2017   18:35 Diperbarui: 4 November 2017   19:02 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pembelajaran penting bagi Asa adalah tidak perlu menjadi barang-barang mewah yang selalu dibawa oleh sang tuan rumah. Seperti perhiasan dan make up tebal untuk melengkapi kesempurnaan perempuan. Meski barang tersebut selalu dibanggakan dan diistimewakan namun peranya hanya perhiasan dan riasan yang bisa akan selalu digantikan setiap malam tiba. Berbeda dengan tirai jendela yang tak pernah terlihat seolah-olah dia hanya perhiasan namun dia lebih bertahan lama dan bisa dipakai berulang-ulang untuk menutup semua ruangan dan berbagi cahaya dengan matahari di pagi hari dan cahaya listrik dimalam hari. Kenapa tiba-tiba tirai itu terus mengganggu pikiranya ??? Karena Asa selalu suka membuka membuka jendela dipagi hari dan menyingkapkan tirainya terlebih dahulu untuk sekedar bertemu dengan matahari pagi. Baginya matahari pagi adalah kekuatan untuk seluruh alam semesta dan selalu memberikan kehidupan baru bagi setiap manusia yang membuka mata dipagi hari. 

Asa kembali berkutat dengan berlembar-lembar kertas dihadapanya tanpa ragu. Satu persatu tugas dan beban itu berkurang. Pekerjaan mulai selesai dan membuahkan hasil. Sudah saatnya membiarkan diri mengembara bersama kata-kata yang sudah disiapkan oleh sang pena didepanya. Tirai dijendela itu sudah terbuka dengan sempurna membuat ruangan semakin terbuka. otak-otak kerdil mulai menghilang tergantikan otak-otak pekerja keras. Otak perempuan tangguh tanpa keluhan dan selesaikan semuanya tepat waktu. Hasil pasti akan didapat kemudian, jika terjebak dalam otak-otak kerdil dan kesedihan hanya akan mengantarkan kejurang kebodohan dan semakin tertinggal jauh dari dunia yang terus bergerak. Gerakan dunia hari ini selalu berubah bahkan dalam hitungan detik. Pagi ini Asa mengucapkan banyak terima kasih kepada tirai-tirai dirumah dan ruang kerjanya. Menjadi manusia biasa dan terus berkarya itu saja yang dipilih Asa untuk menutup semua lembaran duka ketika mengalami kegagalan atas setiap kasus yang tidak terselesaikan atau gagal dan tidak sesuai dengan keinginan. 

Sudah saatnya Asa sejenak menghentikan semua beban dipikiran dan pekerjaan yang tak kan pernah usai. Kali ini Asa memutuskan untuk memilih tempat menyendiri dan membiarkan dirinya tenang bersama tirai dibalik jendela. Asa merapikan tirai yang tergerai dijendela dan dia menghempaskan kepalanya ke tirai tersebut untuk sejenak berbagi keluh kesah dan mengucapkan banyak terima kasih kepadanya. Tirai tersebut telah mampu mengantarkan kejenuhan dan sedikit kelelahan diotaknya dan mengembalikanya menjadi jiwa-jiwa yang kuat dan menguatkan bagi sesama. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun