pendidikan formal: Apakah teman-teman di sekitar saya juga menjalani masa belajar yang sama? Baru saya sadari, beberapa teman, bahkan teman terdekat saya di lingkungan perumahan, tidak menjalani masa belajar yang sama dengan saya. Padahal, pendidikan merupakan pilar utama dalam pembangunan di Indonesia. The International Comission for Education Development, UNESCO, juga menyatakan bahwa pendidikan merupakan kunci utama bagi sebuah bangsa dalam memperbaiki dan membangun bangsa tersebut.Â
Ada satu pertanyaan yang muncul dalam benak semasa menjalani sembilan tahunMenarik untuk menelisik akar permasalahan pendidikan ini. Apakah pemerataan akses pendidikan sudah sempurna, terutama di Kota Jabodetabek? Apakah pelaksanaan pembelajaran sudah inklusif, baik bagi siswa maupun guru? Bagaimana penerapan Kurikulum Merdeka dapat merealisasikan target pencapaian para murid? Apakah akses sarana mobilisasi dan transportasi menuju gedung sekolah mudah digapai oleh murid dan guru? Jika ditelusuri secara mendalam, lebih banyak pertanyaan yang akan muncul dalam benak masing-masing.
Ada beberapa permasalahan dalam akses pendidikan yang kurang merata, terutama di Kota Depok. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang terbatas dalam ruangan di sekolahan menjadikan tidak semua masyarakat dapat menjalani masa belajar pendidikan formal. Hal ini disebabkan karena kemampuan dalam membeli peralatan sekolah (seragam, buku tulis, alat tulis, dan lain-lain) yang kurang hingga akses mobilisasi menuju sekolah yang terbatas. Oleh karena berbagai hambatan tersebut, masih ada beberapa masyarakat yang tidak mendapatkan peluang untuk menggapai kebebasan dalam belajar.
Beberapa masyarakat yang tidak menjalani pendidikan formal selama sembilan tahun pun akhirnya tidak dapat melanjutkan pendidikannya pada perguruan tinggi. Berdasarkan Data Pokok Pendidikan tahun 2022/2023, disampaikan bahwa tiga daerah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap jumlah putus sekolah di Kota Depok adalah Kecamatan Pancoran Mas dengan jumlah 286 orang, Kecamatan Sukmajaya dengan jumlah 268 orang, dan Kecamatan Tapos dengan jumlah 254 orang. Padahal, menggapai pendidikan menuju level yang lebih tinggi menjadi suatu "batu loncatan" untuk bertransformasi menuju pencapaian salah satu pilar Indonesia Emas 2024 (percepatan pendidikan rakyat Indonesia secara merata).Â
Permasalahan ini tidak hanya disebabkan oleh faktor-faktor eksplisit saja, tetapi juga faktor implisit yang menentukan kualitas pemahaman para murid dalam memahami berbagai ilmu. Pada era digitalisasi ini, hampir semua permasalahan dapat terselesaikan dengan menggunakan smartphone atau gadget. Dengan menggunakan perangkat lunak (software), seluruh pengguna internet dapat mengakses media pembelajaran, seperti modul dan video pembelajaran, hingga pelaksanaan ujian yang berbasis teknologi. Meskipun era digitalisasi ini dapat mempermudah setiap individu dalam proses pembelajaran, akankah seluruh masyarakat di Kota Depok dapat memahami penggunaan gadget dengan baik?
Hal inilah yang juga menjadi perhatian dalam mengusahakan peningkatan pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat yang mendapatkan pengetahuan dalam pendidikan formal juga mengalami keterbatasan dalam pemahaman akan teknologi. Padahal, pemahaman penggunaan software menjadi suatu "modal awal" dalam bertahan pada kehidupan di era digital ini. Pemahaman akan teknologi ini juga menjadi pendukung dapat menumbuhkan pemahaman yang kreatif dan inovatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Menjadi agen perubahan dalam suatu wilayah, permasalahan akan pendidikan ini perlu menjadi perhatian utama bagi mahasiswa. Telah berada pada tingkat perguruan tinggi, inilah saatnya bagi mahasiswa untuk "turun ke lapangan" dalam misi membagikan ilmu pengetahuan yang layak kepada para masyarakat yang belum mendapat kesempatan-kesempatan itu. Pada level pendidikan inilah, mahasiswa diuji dalam tingkat kepedulian dan kepekaan terhadap kondisi sosial di lingkungan terdekatnya. Perlu adanya jiwa humanisme dalam menggapai kualitas pendidikan yang lebih baik.
Rumah Belajar (Rumbel) BEM UI merupakan suatu program Departemen Sosial Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia untuk bersama-sama peluk cita. Telah berdiri selama kurang lebih 19 tahun, Rumbel BEM UI menjadi "rumah" bagi para masyarakat di Kota Depok dan sekitarnya untuk memperoleh peluang belajar secara gratis. Melalui program ini juga, masyarakat yang putus sekolah memiliki pengalaman dalam mengakses pendidikan yang, setara formal, sehingga mereka dapat bersosialisasi dengan teman sejawat, berdiskusi dengan para pendidik, merasakan lingkungan belajar yang baik dan setara dengan pendidikan formal.
Rumbel BEM UI menyediakan beberapa jenjang pembelajaran, yaitu tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, hingga program Paket C. Tiap tingkat dalam pembelajaran ini juga mencakup kelas-kelas yang dapat mencukupi kebutuhan masyarakat Kota Depok dan sekitarnya. Bertempat di Pusat Kegiatan Mahasiswa Universitas Indonesia (Pusgiwa UI), para masyarakat, yang banyak dari kalangan anak-anak dan remaja, datang pada hari Sabtu untuk ikut dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM). Selain itu, Rumbel BEM UI juga memfasilitas mahasiswa-mahasiswi Universitas Indonesia untuk turut ambil bagian dalam mendukung pemenuhan akses pendidikan yang layak bagi para peserta didik. Mahasiswa-mahasiswi ini dapat berperan sebagai fungsionaris, pendidik, donatur, hingga mitra kerja sama sebagai pendukung pelaksanaan program pembelajaran.
Pusgiwa UI menjadi lokasi terpilih dan aksesibel bagi masyarakat di Kota Depok untuk belajar bersama-sama. Mulai dari pukul 10.00 WIB, peserta didik Paket C dapat melakukan KBM dengan matapelajaran yang setara dengan sekolah menengah atas (SMA), yaitu Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Matematika, Sosiologi, Ekonomi, Geografi, dan Sejarah. Bukan hanya proses KBM, para peserta didik mengerjakan uji pemahaman akan materi yang dilaksanakan pada awal dan akhir pembelajaran.Â
Bukan hanya matapelajaran secara formal saja yang akan didapatkan, peserta didik juga belajar dalam pelatihan-pelatihan melalui program "Sharing is Caring". Melalui program ini, peserta didik dapat mengeksplor mengenai persiapan dunai kerja (seperti penyusunan Curriculum Vitae, surat lamaran kerja, dan materi ketenagakerjaan), penggunaan Microsoft Office, pelatihan soft skills (seperti public speaking, manajemen waktu, dan sebagainya), dan pengadaan seminar-seminar kewirausahaan.
Sama seperti kegiatan-kegiatan yang diadakan di sekolah, Rumah Belajar BEM UI juga memiliki program yang dinamakan "Sabtu Ceria", yaitu ketika peserta didik melakukan kegiatan eksploratif lainnya, seperti "Market Day" (praktik jual-beli yang, baik pedagang maupun pembeli, dari peserta didik juga), "Study Tour" (tahun lalu, Rumbel BEM UI mengadakan kunjungan belajar ke beberapa museum kesejarahan di Jakarta dalam misi mengenal peristiwa sejarah di Indonesia dengan mengenali arsip atau benda bersejarah yang terpampang dalam museum tersebut), praktik daur ulang sampah, dan masih banyak lagi. Melalui kegiatan-kegiatan ini, harapnya, peserta didik dapat mengeksplorasi banyak hal selain materi pembelajaran dalam matapelajaran yang diberikan. Hal inilah yang menjadikan adanya kesan inklusif ketika seluruh peserta didik, yang di antaranya juga terdapat anak putus sekolah, juga dapat merasakan "atmosfer" atau lingkungan belajar yang sama dengan peserta didik lainnya yang dapat belajar di sekolah.
Pada Sabtu (07/09) lalu, Rumah Belajar BEM UI 19 melaksanakan "Grand Opening", acara yang menjadi "tonggak awal" pelaksanaan kegiatan. Acara ini dihadiri oleh peserta didik, wali peserta didik, pendidik, fungsionaris, hingga tamu undangan. Selain menjadi acara pembuka bagi kegiatan-kegiatan lainnya, acara juga menjadi wadah bagi para peserta didik untuk unjuk kebolehan mereka dalam kesenian, seperti menyanyi, menari tradisional, mendongeng cerita rakyat Depok, hingga karate. Bukan hanya pertunjukan oleh peserta didik saja, melainkan juga fungsionaris yang unjuk kebolehan dalam menari dan bernyanyi.
Melalui kegiatan ini, Rumah Belajar BEM UI 19 berharap dapat menjadi "rumah" yang inklusif, baik bagi para peserta didik, wali peserta didik, pendidik, fungsionaris, dan pihak-pihak lainnya yang terlibat dalam kegiatan ini. Rumah Belajar BEM UI, yang sudah terlaksana hampir 19 tahun, memberikan wujud nyata dalam peningkatan iklim pendidikan yang lebih baik, dengan memberikan fasilitas bagi peserta didik untuk mengeksplor banyak pengetahuan, mahasiswa Universitas Indonesia dalam menjadi pendidik bagi peserta didik dan memberikan pelatihan-pelatihan yang bermanfaat demi masa depan di bidang karier.Â
Menjadi bagian dari agen perubahan, mahasiswa dapat bergerak melalui berbagai pengalaman untuk mencapai inklusivitas pendidikan. Tidak hanya berfokus pada suatu kalangan saja, pemerataan kualitas pendidikan ini layak bagi semua masyarakat di Indonesia, terutama Kota Depok.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H