Pendidikan saat ini berbeda dengan zaman dahulu. Pendidikan saat ini berada pada sebuah era dimana segala sesuatunya berorientasi pada hal hal "modern" yang disebut dengan era digital. Pendidikan di era digital merupakan pendidikan yang harus mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi ke dalam proses belajar mengajar.Â
Berbagai macam hal yang menyangkut tentang pendidikan pada awalnya menggunakan alat-alat dan metode konvensional kini harus segera beralih menjadi lebih modern dengan didukung keberadaan teknologi-teknologi terbarukan. Dengan berkembangnya pendidikan era digital juga akan memungkinkan siswa mendapatkan pengetahuan yang berlimpah, serta cepat dan mudah. Untuk mendapat manfaat itu, guru dan siswa di abad 21 harus mampu berkomunikasi dan beradaptasi mengikuti perkembangan zaman, dalam hal ini adalah perkembangan teknologi.Â
Selain manfaat, dengan terus berkembangnya zaman, kita juga harus menyadari berkembangnya pula permasalahan-permasalahan yang membutuhkan penyelesaian dengan pemikiran tingkat tinggi. Permasalahan yang dihadapi adalah globalisasi, pertumbuhan perekonomian, kompetisi internasional, permasalahan lingkungan, budaya, dan politik. Permasalahan kompleks ini memerlukan kemampuan dan pengetahuan digital untuk bisa bertahan di abad ke 21Â
Namun, sayangnya pendidikan yang memanfaatkan konvergensi media digital masih terhambat di Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh kesenjangan akses teknologi digital, dimulai dari perangkat, infrastruktur, dan sinyal antar daerah di Indonesia. Belum lagi, Pandemi COVID-19 membuat masyarakat semakin kesulitan mengakses digital karena kendala kuota.Â
Upaya untuk mensosialisasikan teknis penggunaan perangkat digital untuk penggunaan formal seperti pembelajaran hingga pekerjaan pun terlihat nihil dari sisi pemerintah yang memberlakukan PSBB untuk mencegah penyebaran COVID-19. Pada akhirnya menyebabkan kesenjangan literasi digital yang memisahkan masyarakat menjadi dua kubu, terpelajar dalam teknologi, dan yang memiliki preseden dalam mengakses teknologi. Tingginya angka kesenjangan literasi menyebabkan mayoritas masyarakat Indonesia tetap kesulitan menggunakan digital dengan baik, meskipun sudah mendapat akses dan perlengkapan yang memadai.Â
Kesenjangan digital sendiri adalah suatu kondisi di mana terjadi ketidakadilan pada masyarakat dalam mengakses teknologi,informasi,dan komunikasi. Kesenjangan ini berdampak pada berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Dalam laporan Network Readiness Index, kesenjangan akses digital Indonesia berada pada peringkat 76 dari 121 negara.Â
Penyebab dari kesenjangan tersebut adalah Indonesia merupakan negara kepulauan dan kebutuhan infrastruktur TIK belum dipikirkan maupun dikembangkan sebelumnya, menyebabkan kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi untuk adanya interkonektivitas antar pulau, antar daerah, antar masyarakat, maupun antar instansi.Â
Namun, masih banyak wilayah yang belum tersentuh infrastruktur TIK terutama di wilayah timur Indonesia. Masih banyaknya wilayah Indonesia yang belum terjangkau layanan telekomunikasi dapat mengindikasikan sebuah keteledoran dari sisi pembuat kebijakan. Namun hal tersebut dapat dimaklumi mengingat begitu luasnya wilayah Indonesia yakni sekitar 7,9 juta km2 dan stabilitas ekonomi yang tak kunjung membaik untuk mendukung perluasan infrastruktur pasca Resesi 1998.
Kesenjangan digital dan infrastruktur internet di Indonesia terjadi terutama antara wilayah Indonesia Barat dan Indonesia Timur, wilayah urban dan rural. Salah satu gambaran kesenjangan digital yang terjadi di wilayah timur Indonesia adalah Provinsi Sulawesi Tenggara. Persentase rumah tangga pengguna internet selama tiga bulan terakhir sebanyak 11,63% dari total rumah tangga dengan rincian 29,44% rumah tangga di wilayah perkotaan dan hanya 4,89% di wilayah pedesaan (BPS, 2011).Â
Data tersebut menggambarkan realita bahwa penggunaan internet di Provinsi Sulawesi Tenggara masih sangat rendah, apalagi kemudian dibandingkan antara kota dan pedesaan semakin jelas kesenjangan digitalnya. Dari gambaran untuk level provinsi tersebut sudah dapat diprediksi jika penggunaan internet di Kabupaten Wakatobi sendiri juga sangat rendah. Selain itu dari segi kecepatan internet pun, terjadi kesenjangan kecepatan dimana kecepatan unggahan di Jakarta sebesar 20 sampai 25 kali lebih cepat ketimbang di kota-kota Indonesia bagian timur, seperti Ambon dan Jayapura yang hanya memiliki kecepatan rata-rata 300 Kbps.
Selain permasalahan akses digital yang mengalami kesenjangan, saat ini juga terjadi masalah digital baru di tengah pandemi COVID-19. Pandemi yang tidak kunjung usai menyebabkan kebutuhan masyarakat semakin meningkat, tidak hanya kebutuhan pangan tetapi juga membutuhkan akses internet yang lancar.Â