Pekerja anak sendiri sebenarnya bermula dari budaya membantu orang tua. Namun, makin lama pekerja anak menjadi alternatif utama anak-anak yang putus sekolah. Beberapa orang tua bahkan menganggap pendidikan tidak penting karena ilmu bisa didapat lewat bekerja. Selain itu, dengan bekerja, anak dapat mengurangi beban ekonomi orang tua dan menambah penghasilan keluarga. Contoh konkretnya, di Desa Kampung Beru, Kecamatan Takalar, pendidikan dianggap bukan solusi meningkatkan taraf hidup (Lisa Hikmah, 2016). Menurut penduduk, lebih baik anak bekerja dan menjadi mandiri, lagipula pekerjaan yang tersedia di desa itu, seperti petani, hanya membutuhkan fisik dan tidak terlalu memerlukan kemampuan otak. Rupanya, pada masyarakat tradisional, anak hanya dianggap sebagai aset ekonomi yang dapat dan sebisa mungkin ikut dalam peran ekonomi.Â
Alasan-alasan tersebut menyebabkan  jumlah pekerja anak di Indonesia semakin banyak dari tahun ke tahun. Pekerja anak sendiri adalah pekerja yang berumur 10-17 tahun. Pada tahun 2017 terdapat 1,2 juta pekerja anak di Indonesia, dan meningkat 0,4 juta atau menjadi sekitar 1,6 juta pada tahun 2019 (BPS, 2019). Selain itu, survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) BPS 2019 mendata masih ada sekitar 1,6 juta anak berusia 10-17 tahun yang "terpaksa" bekerja. Hal tersebut membuktikan betapa terpuruknya keadaan 1,6 juta anak-anak Indonesia, dimana karena alasan ekonomi, mereka harus mengorbankan masa pertumbuhannya yang seharusnya mendapatkan pembelajaran menjadi mencari nafkah. Data di bawah ini menunjukkan jumlah pekerja anak tertinggi di beberapa daerah di Indonesia:
Â
Tingginya jumlah peserta didik yang putus sekolah dan yang menjadi pekerja anak ikut andil dalam jumlah individu yang berhasil sampai di bangku kuliah. Dari sekian banyak masyarakat Indonesia yang berusia kuliah, pada 2018 hanya terdapat 8 juta orang yang berhasil meraih pendidikan tinggi. Berikut daftar jumlah mahasiswa di Indonesia:
Referensi
- Hikmah, Lisa. 2016. Kemiskinan dan Putus Sekolah. Jurnal Equilibrium Pendidikan Sosiologi. https://media.neliti.com/media/publications/61063-ID-kemiskinan-dan-putus-sekolah.pdf
- Potret Pendidikan Indonesia Statistik Pendidikan 2019, Badan Pusat Statistik. https://www.bps.go.id
- Statistik Pendidikan Tinggi Tahun 2018. Kemenristekdikti. https://pddikti.kemdikbud.go.id.
- Andini, Ayu. Syaifudin, Nanang. 2020. Pekerja anak di Indonesia masih jauh dari nol. Lokadata.id. https://lokadata.id/artikel/pekerja-anak-di-indonesia-masih-jauh-dari-nol
- Prihatini, Eneng Nurul. 2020. Kesenjangan Dalam Dunia Pendidikan Indonesia. Kompasiana.com. https://www.kompasiana.com/enengnurulprihatini/5e9168eb097f361d2e20d465/kesenjangan-dalam-dunia-pendidikan-indonesia
- Putra, Ilham Pratama. 2020. 4,3 Juta Siswa Putus Sekolah di 2019. Medcom.id. https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/9K50Pl3k-4-3-juta-siswa-putus-sekolah-di-2019#:~:text=Jakarta%3A%20Kementerian%20Perencanaan%20Pembangunan%20Nasional,putus%20sekolah%20di%20berbagai%20jenjang
- Valenta, Elisa. 2019. Infografik: Anak-anak yang putus sekolah. Lokadata.id. https://lokadata.id/artikel/infografik-anak-anak-yang-putus-sekolah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H