Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perempuan Tiga Generasi, dan beasiswa Pasca Sarjana Itu.. (1)

30 Desember 2018   14:54 Diperbarui: 31 Desember 2018   15:37 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku melahirkan putriku di kota kelahiranku, kota yang berbeda dengan kota dimana aku dan suamiku tinggal setelah kami menikah. Sepulang dari Rumah Sakit, aku menghabiskan masa cuti hamilku di rumah ibu. Dan ibu, tentu saja, turun tangan membantu merawat bayi mungil yang baru lahir itu. Mengajariku memandikan bayi, menjemurnya, dan banyak urusan lain.

Bantuan yang ternyata tak berhenti sampai disitu saja tapi mesti berlanjut. Karena ternyata, bayi mungil itu over sensitive terhadap imunisasi pertamanya, imunisasi BCG, sehingga setelah diimunisasi lalu mesti minum obat agak lama untuk meredam reaksi tubuhnya terhadap imunisasi tersebut.

Kami berkonsultasi ke dokter, apakah reaksi over sensitive itu hanya akan terjadi pada imunisasi BCG tersebut atau juga pada imunisasi yang lain.

Pertanyaan yang tak bisa dijawab oleh sang dokter. Tak bisa ditentukan apakah tubuh putri kami itu akan juga bereaksi berlebihan pada imunisasi- imunisasi lain berikutnya, atau itu hanya akan terjadi pada imunisasi BCG tersebut.

Maka, ada perundingan yang dilakukan ketika masa cuti hamilku habis dan aku harus kembali bekerja di kota lain. Demi keamanan bayi, kami putuskan untuk menitipkan bayi mungil tersebut pada orang tuaku. Agar tetap bisa dipantau oleh dokter anak yang sama yang merawatnya sejak lahir itu, hingga nanti memperoleh beragam imunisasi sampai usia sekitar satu tahun.

Keputusan ini juga diambil sebab sebagai keluarga muda yang baru berumah tangga, kami belum memiliki banyak kenalan, tidak pula memiliki saudara, di dekat rumah tempat tinggal kami. Kota tempat kami tinggal itu, juga kota yang baru bagi kami, jadi kami belum punya informasi tentang dokter anak yang terpercaya, dan informasi- informasi lain yang dibutuhkan.

Jadi begitulah, tiga bulan setelah melahirkan, aku kembali ke rumah dimana aku dan suamiku tinggal, kembali bekerja ke kantor, sementara bayiku tinggal bersama kakek neneknya.

Hal yang tentu saja, menimbulkan konsekwensi, terutama urusan Air Susu Ibu (ASI).

Dengan kondisi tak ideal dimana ibu dan bayi terpisah ratusan kilometer itu, aku bersikeras untuk tetap memberikan ASI.

Caranya?

Ya ditampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun