Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jumat itu, Kami Shalat di Arafah

16 Desember 2016   09:24 Diperbarui: 16 Desember 2016   13:42 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jumat itu, Kami Shalat di Arafah

Jumat itu, di Arafah.. di Arafah..

KENANGAN akan hari itu, hingga saat ini masih senantiasa bisa memunculkan berbagai rasa di hatiku, dan membuat mataku basah.

Jumat itu, di Arafah.. di Arafah..

Keindahannya masih terus terasa, terpatri di dalam hati.

***

Jumat itu, Kami Shalat di Arafah
Jumat itu, Kami Shalat di Arafah
9 Dzulhijjah 1435 H. 3 Oktober 2014.

Jumat hari itu, pukul 12.11 waktu setempat, waktu wukuf dhuhur telah tiba.

Adzan diperdengarkan di dalam tenda kami.

Air mata kami mengalir deras.

Haji adalah Arafah. Dan kami ada disana, siang itu, pada puncak ibadah haji kami. Di Arafah.. di Arafah. Pada hari Jumat yang mulia.

Pemerintah Arab Saudi memutuskan bahwa 1 Dzulhijjah 1435 H jatuh pada 25 September 2016. Karenanya, tanggal 9 Dzulhijjah 1435 H jatuh pada hari Jumat, 3 Oktober 2014. Karunia besar, sungguh karunia besar. Dengan antrian begitu panjang, tanpa bisa memilih kapan giliran kami akan bisa berangkat berhaji, bahwa ternyata hari kami melaksanakan wukuf di Arafah jatuh pada hari Jumat, sungguh merupakan karunia besar bagi kami.

Sebelum tahun 2014, wukuf terakhir yang jatuh pada hari Jumat terjadi delapan tahun sebelumnya, di tahun 2006.

***

Jumat itu, Kami Shalat di Arafah
Jumat itu, Kami Shalat di Arafah
Ada banyak tenda berdiri di Arafah saat itu. Salah satunya, tenda kami. Ada banyak tenda lain di sekitar kami juga berdiri. Tenda- tenda bagi jamaah haji yang berada di maktab yang sama. Para jamaah ini, juga bertetangga dengan kami saat berada di Mina.

Jum’at siang di Arafah, 9 Dzulhijjah 1435 H.

Tenda kami berisi 107 jamaah, ditambah dengan para ustad dan muthawif. Tenda tersebut disekat menjadi dua. Bagian depan diisi oleh para jamaah lelaki, bagian belakang diisi oleh jamaah perempuan.

Siang itu, suara adzan menggema di dalam tenda kami, menandai masuknya waktu wukuf.

Kemudian setelah itu, seusai adzan, khutbah wukuf dimulai.

Di dalam tenda- tenda yang bertetangga dengan kami, kegiatan yang sama juga berlangsung. Khutbah wukuf disampaikan oleh ustad masing- masing pada para jamaahnya.

***

Di Arafah, di Arafah saat itu kami berada. Air mata kami bercucuran tak berhenti.

Usai khutbah wukuf, kami melaksanakan shalat berjamaah, masih di dalam tenda.

Shalat pada Jumat siang itu dilaksanakan dengan cara Jama Qashar, taqdim. Shalat dhuhur yang langsung disambung dengan shalat ashar, masing- masing dua rakaat, dilakukan pada saat Dhuhur. 

Menurut apa yang pernah kubaca, tatacara ini mengikuti apa yang dilakukan Rasulullah saat wukuf di Arafah pada hari Jumat. Ketika itu bukan shalat Jumat yang diselenggarakan, namun shalat Dhuhur yang dijama dengan shalat Ashar.

Ustad yang menyampaikan khutbah wukuf pada kami, kemudian juga menjadi imam shalat Dhuhur dan Ashar kami di Arafah ketika itu.

Ya Allah.. ya Allah.. betapa nikmat dan karunia begitu banyak dilimpahkan pada kami siang itu. Kami, yang jauh dari sempurna, yang banyak melakukan kesalahan, diberi nikmat begitu besar. Diberi kesempatan untuk shalat di Arafah siang itu, pada hari Jumat 9 Dzulhijjah. Alhamdulillah, Ya Allah, Alhamdulillah.

***

Jumat itu, Kami Shalat di Arafah
Jumat itu, Kami Shalat di Arafah
Jumat siang itu, di Arafah.. di Arafah..

Usai shalat dhuhur dan ashar yang dijama, ada waktu istirahat diberikan selama 1 jam untuk memberikan waktu makan siang bagi kami semua.  Lalu, setelah makan siang, kami berkumpul kembali di dalam tenda. Melakukan doa dan dzikir bersama.

Air mata kembali bercucuran saat bersama- sama kami melantunkan doa dan dzikir.

Air mata itu terus ada, sampai setelah itu. Ketika doa dan dzikir bersama tersebut usai, kami para jamaah bersalam- salaman, saling bermaaf- maafan. Air mata dan suara isak tertahan terdengar dimana- mana. Air mata bercucuran deras, terutama ketika para jamaah suami istri saling bersalaman, berpelukan.

Lalu kemudian, sekitar jam setengah tiga sore ketika itu, seusai kami bersalam- salaman diantara para jamaah di dalam tenda, kami diberi kesempatan untuk melakukan doa dan dzikir secara pribadi, di tempat yang kami pilih sendiri. Diantara kami, ada yang tetap berada di tenda, ada yang memilih untuk berdoa di tempat lain di luar tenda.

Aku dan suamiku saat itu memilih lokasi di luar, di pelataran di tenda lain yang bersisian dengan pagar,  dimana dari sana kami bisa mendapatkan pemandangan luas ke lembah di depan kami yang dipenuhi dengan tenda- tenda para jamaah haji dari beragam penjuru dunia.

Jumat itu, Kami Shalat di Arafah
Jumat itu, Kami Shalat di Arafah
***

Di Arafah, senja itu, kami mengirimkan doa- doa kami ke langit. Doa bagi diri sendiri, bagi keluarga, bagi para teman- teman dan sahabat yang kami sayangi. Bagi lingkungan kami, bagi tanah air yang kami cintai.

Pada hari Jumat itu, di Arafah, sepenuh hati kami menyapa, menggapai, berdialog dengan Dia, Sang Maha Cinta. Menyampaikan rasa syukur kami, rasa terimakasih kami, dan menyampaikan permohonan dan harapan- harapan kami. Mengharapkan kemurahan dan kasih sayangNya.

Jumat itu, Kami Shalat di Arafah
Jumat itu, Kami Shalat di Arafah
Berada di Arafah pada masa puncak haji, Jumat 9 Dzulhijjah saat itu adalah keindahan tak terperi, kenikmatan  tak bertepi, ketika seluruh diri ini semata pasrah, pasrah, pasrah. Ketika seluruh kesadaran, jiwa dan raga terpusat pada Dia Yang Esa. Dia Sang Maha Cinta. Sang Pemilik Hidup. Pemilik seluruh kebaikan di Jagad Raya ini.

Kusadari sepenuhnya bahwa hal itu merupakan karunia luar biasa, yang secara murah hati diberikan pada dia Sang Kuasa padaku dan suamiku. Kusadari, tanpa kehendakNya, tak akan bisa kami berada disana pada hari itu.

Di Arafah, Jumat 9 Dzulhijjjah dua tahun yang lalu, air mataku mengalir deras, menikmati semua karunia dan keindahan yang berlimpah.

***

Jumat itu, Kami Shalat di Arafah
Jumat itu, Kami Shalat di Arafah
Mentari bergerak ke arah Barat. Petang menjelang, mendekati maghrib.

Kami kembali berkumpul di dalam tenda, menyambut petang yang datang dengan bersama- sama berdzikir, melantunkan Al-Ma’tsurat.

Kembali air mata kami bercucuran, petang itu, pada hari Jumat. Di Arafah, di Arafah…

Haji adalah Arafah.

Betapa kecilnya kami. Betapa tak sempurnanya. Tapi Dia yang Maha Baik, mengijinkan kami untuk berada di sana saat itu. Jumat itu. Di Arafah, di Arafah, melakukan puncak ibadah haji kami.

Alhamdulillah, ya Allah.

p.s. semua foto merupakan dokumentasi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun