Ya ampun !
Padahal ya, aku yakin ibu bayi itu mampu membayari tambahan satu orang lagi saja untuk makan disana. Wong dia dan teman- temannya itu dandanannya kinclong sekali, koq.Â
Duh, aduh…
***
Aku bisa memahami apa yang dirasakan oleh pemilik restoran All You Can Eat yang prihatin sebab dia melihat banya baby sitter yang diajak kesana tapi tidak makan dan karenanya dia menyediakan menu yang terjangkau harganya itu. Jangankan dia yang setiap hari melihat hal tersebut berulang- ulang terjadi, lha aku saja sekali melihat itu, keselek rasanya !
Jadi, setujukah aku dengan solusi menyediakan maid menu itu?
Hmmm.. sejujurnya, tetap saja, tidak. Niat baiknya aku pahami. Tapi, menurutku cara itu ‘tidak mendidik’. Itu menyediakan jalan bagi kepelitan dan kekurang halusan hati. Iya benar. Sebab menurutku, jika memang baby sitternya diajak, mbok ya bayari dong makannya untuk menu yang sama. Saat baby sitter-nya makan, gantian orang tua bayi/ anak yang menjaga bayi/ anaknya.Â
Kalau nggak mau juga, benar- benar tidak rela membayari,atau ‘takut rugi’ sebab baby sitter-nya mungkin makan hanya sedikit atau terburu- buru gimana? Ya sudah, jangan ajak baby sitter-nya ke restoran itu. Orang tuanya kan bisa pergi hanya dengan bayi/ anaknya saja tanpa baby sitter. Masih tidak bisa juga? Ini solusinya: orang tuanya juga tidak usah pergi ke restoran All You Can Eat. Makan saja di restoran lain, ataudi rumah.Â
***
Baby sitter dan/atau asisten rumah tangga itu manusia, lho.