Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Full Day School, Bukan Semata Tentang Jumlah Jam di Sekolah

27 September 2016   12:28 Diperbarui: 13 Juni 2017   11:26 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: fordesigner.com

Si bungsu, sempat aku tanyai juga pendapatnya. Tapi putra bungsu kami ini juga, berbeda dengan kakaknya, pengalaman sekolahnya berbeda. Putra bungsu kami ini melalui masa SD kelas 3 hingga SMP-nya di sekolah dengan metode yang sama, yakni sekolah berkurikulum Nasional yang diperkaya dengan kurikulum internasional. Juga, dia masih SMP saat ini, belum sampai tahap mahasiswa. Jadi baik keberagaman maupun panjang pengalamannya berbeda dengan kakak tengahnya yang jenis sekolahnya bermacam- macam itu...

***

Oh ya, kembali pada pasal kenapa kumasukkan juga perguruan tinggi ke dalam pertanyaanku pada si mas anak tengah kami ketika membicarakan fullday school padahal wacana yang berkembang sebetulnya semata tentang pelaksanaan full day school di SD hingga SMA, itu karena dasar pertanyaanku adalah hipotesaku sendiri bahwa bahagia atau tidak bahagianya seseorang di sekolah bukan semata karena jumlah jam di sekolah. Bahagia itu tentang apa dan bagaimana pengalamannya di sekolah (dan sekali lagi, mohon dicatat,Perguruan Tinggi menurut pendapatku juga kategorinya adalah ‘sekolah’ ).

Setelah menjalani masa panjang penuh gejolak, aku senang sekali melihat anak tengah kami saat ini stabil dan tampak gembira menjalani masa- masa kuliahnya.

Masuk  perguruan tinggi di usia enam belas setengah tahun, disana dia bukan hanya bisa mencapai nilai-nilai ujian yang bagus saja (walau ini juga penting, he he – dan yes, nilai ujiannya bagus-bagus, Alhamdulillah) tapi dia juga tampak menikmati pertemanan dengan kawan-kawannya di kampus dan kegiatan- kegiatan ekstra kurikulernya. Padahal jam yang dia lalui di kampus ini jauh lebih panjang daripada ketika dia bersekolah sejak SD hingga SMA. Ada banyak hari dimana dia ada di kampus sejak pagi hingga malam hari.

Dan..

Percakapan dengan anak tengah ini memang akhirnya membuatku makin sadar. Jika halnya menyangkut anak,maka penting untuk mengetahui pendapat anak itu sendiri. Sebab pendapat anak bisa jadi berbeda dengan pendapat orang tua.

Melihat pencapaian akademik dan kegembiraannya menjalani masa kuliah, tadinya saat kutanyakan padanya ‘mana yang paling asyik’ dari masa SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi pada anak tengahku, tadinya kuduga hampir pasti jawabannya: ya Perguruan Tinggi, dong…

Ternyata, dugaanku salah. Bukan itu jawabannya…

Jawaban dia tentang yangmana sekolahnya yang paling asyik adalah…

( nanti ya, ceritanya bersambung, panjang soalnya.. he he.. )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun