Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Full Day School, Bukan Semata Tentang Jumlah Jam di Sekolah

27 September 2016   12:28 Diperbarui: 13 Juni 2017   11:26 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa?

Sederhana, sebab dikepalaku, Perguruan Tinggi itu juga ‘sekolah’ namanya. He he.

Tentang pertanyaannya sendiri, tujuan utama pertanyaanku bukan semata mengenai jam belajar, tapi tentang bagaimana anak- anak bisa belajar dengan bahagia. Sebab pendek atau panjangnya murid berada di sekolah hanya akan menjadi berarti dan bisa menanamkan nilai- nilai hidup yang baik jika anak- anak juga bahagia menjalaninya.

Nah, mengapa diantara ketiga anakku, pertanyaan ini diajukan pertama kali pada anak tengahku?

Sebab, jika bicara tentang sekolah, dialah yang paling ‘kaya pengalaman’. Kalau ingin tahu tentang apakah anak- anak bahagia di sekolah, menurutku mengambil sampel serupa anak tengahku yang memiliki riwayat mogok sekolah bertahun- tahun mungkin bisa membuat para konseptor sekolah dan orang tua memahami apa yang perlu ada dan apa yang bisa dieliminir di sekolah untuk mencegah terjadinya lebih banyak lagi anak-anak yang mogok sekolah.

Anak tengah ini menjadi ‘kaya pengalaman’, bersekolah di jenis sekolah yang berbeda- beda, sebab yaitu, anak tengah ini pada awal- awal usia sekolahnya hingga hampir lulus SD bolak- balik mogok sekolah, maka sangat menjadi tantangan bagi kami orangtuanya untuk mencarikan sekolah yang cocok.

Dan itu tidak mudah. Sebab disamping mencari sekolah dimana anak kami itu bisa bahagia, bagaimanapun sebagai orang tuanya kami juga menyadari bahwa proses bersekolah itu bukannya tanpa batas waktu. Tak bisa dalam rangka mencari kebahagiaan anak kami keluar masuk sekolah yang berbeda- beda dan menyelesaikan sekolahnya dalam waktu tak terbatas. Disamping itu, bagaimanapun salah satu tujuan utama sekolah adalah juga mengenai kecakapan akademik yang perlu dimiliki seorang anak dalam tingkatan sekolah tertentu.

Nah, jadi urusannya memang menjadi kompleks jika pada suatu batasan waktu tertentu, diharapkan anak bisa mencapai kecakapan akademik sampai suatu tingkatan yang diharapkan, yang prosesnya bisa dijalani dengan bahagia dan juga membangun karakter positif. Apalagi, jika anaknya adalah anak semacam anak tengahku, yang secara eksplisit beribu kali pernah mengatakan bahwa ‘sekolah itu tidak asyik’. Ha ha.

Maka anak tengahku ini pernah bersekolah di sekolah- sekolah dengan metode yang beragam, yakni sekolah Islam, sekolah berkurikulum Nasional yang diperkaya dengan kurikuluminternasional, dan di sekolah Negeri. 

Ini alasan utama kenapaaku tak menanyakan pertanyaan serupa pada anak pertamaku.

Anak pertamaku juga menjalani jam sekolah yang sama sejak dia kelas 3 SD. Pulang sekolah jam 3 sore. Tapi putri sulung kami ini model anak yang tak pernah mengeluh atau memiliki masalah urusan sekolah. Dia, tentu saja, juga tak selalu menapaki jalan yang mulus. Ada banyak tantangan yang dihadapinya. Tapi semua tantangan itu masih bisa dihadapinya dengan baik dan tenang. Maka dalam hal jenis sekolah, dia tidak se-kaya adiknya yang tengah. Putri sulung kami menjalani Sekolah Dasar di sekolah Islam, dan selanjutnya sejak SMP hingga PerguruanTinggi di sekolah negeri. Tak seberagam adik tengahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun