Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Menyiapkan Obat-obatan Baik Saat Berangkat Maupun Pulang Seusai Ibadah Haji

16 September 2016   15:29 Diperbarui: 18 September 2016   19:45 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada satu hal penting yang perlu diperhatikan saat menunaikan ibadah haji, yakni kesehatan.

IBADAH haji merupakan ibadah yang selain mental, juga melibatkan kekuatan fisik.

Perjalanan jauh, situasi yang berbeda dengan apa yang dihadapi sehari- hari, udara panas pada kebanyakan bulan di Arab Saudi tempat dimana ibadah haji dilakukan. Situasi emosi dimana kegembiraan dan kecemasan berpadu menjadi satu. Itu semua bisa tanpa disadari mempengaruhi kesehatan.

Belum lagi, virus dan bakteri yang beterbangan dimana- mana di sekitar kita.

Penyakit, bisa muncul tanpa diduga.

Aku, misalnya. Menjelang keberangkatan menuju ke Tanah Suci untuk beribadah haji dua tahun yang lalu, kondisi badanku sehat.

Semua baik- baik saja hingga hari keberangkatan. Gejala sakit baru timbul justru ketika pesawat mulai mengudara, terbang dari tanah air menuju ke Tanah Suci.

Badanku terasa tak enak. Aku juga gelisah tak bisa tidur.

Kupikir mulanya, itu karena perasaanku yang bercampur baur antara gembira dan cemas saat itu.

Tapi ternyata bukan. Tidak enak badan itu berlanjut sampai hari- hari pertama kami tiba di Madinah. Aku demam, lemas, nafsu makanku menghilang. Sempat ada beberapa kali waktu shalat akhirnya aku bahkan tak bisa berangkat ke Masjid Nabawi dan terpaksa shalat di dalam kamar di hotel sebab badanku lemas sekali.

Untunglah situasi itu teratasi setelah aku mendapatkan obat dari dokter di dalam rombongan kami. Kondisi tubuhku membaik, dan aku sehat sepanjang musim haji itu.

***

Hari- hari berlalu.

Setelah berada dii Madinah sekitar 5 hari, kami kemudian bergerak ke Mekah.

Tinggal di sekitar Masjidil Haram sekitar 9 hari, menjelang masa puncak haji kami berpindah tempat tinggal ke apartemen transit yang terletak di antara Masjidil Haram dan Mina.

Kemudian di masa puncak haji ada beberapa kali pergerakan. Tinggal di tenda di Mina, kemudian ke tenda di Arafah, singgah di Mudzalifah dan kembali lagi ke Mina.

Usai seluruh rangkaian ibadah di Mina, setelah melakukan lempar jumrah yang terakhir, kami kembali ke apartemen transit dan seusai melakukan Thawaf Wada, bersiap- siap untuk pulang kembali ke tanah air.

masjid-apung-jeddah-2-57dbac01589773d566ade5ea.jpg
masjid-apung-jeddah-2-57dbac01589773d566ade5ea.jpg
Pulang !

Betapa senangnya.

Hampir sebulan kami meninggalkan tanah air untuk menunaikan ibadah haji.

Kerinduan untuk pulang kembali ke rumah, bertemu orang- orang yang dicintai, mendesak- desak di dalam hati.

Koper- koper dibereskan kembali.

Barang- barang dipisahkan, mana yang akan masuk ke koper besar, ke koper kecil. Mana yang akan dikirimkan melalui kurir saja.

Ya benar, melalui kurir.

Sebab ternyata walau rasanya tak terlalu banyak belanja ini dan itu, setelah ditimbang, tak mungkin semua barang kami bisa masuk ke dalam koper. Ada oleh- oleh yang kami beli selama di Tanah Suci yang akhirnya kami putuskan untuk dikirimkan melalui kurir saja ke tanah air.

Saat membereskan barang- barang, isi koper suami dan koperku mulai kami reorganisir kembali.

Salah satu yang tadinya kami miliki masing- masing dalam koper kami adalah obat- obatan.

Selama di Mekah, Madinah dan apartemen transit aku mendapatkan satu kamar untuk ditinggali berdua bersama suamiku. Tapi di Mina dan Arafah, di dalam tenda, jamaah laki- laki dan perempuan dipisahkan. Maka untuk kepraktisan, kami memiliki dua kotak dengan isi yang seragam. Obat- obatan berisi obat- obat bebas yang umum dibutuhkan seperti obat sakit kepala, obat sakit perut serta beragam vitamin. Satu kotak ada di dalam koperku, satu lagi di dalam koper suamiku.

Kedua kotak inilah yang kemudian menjelang kami pulang ke tanah air kami satukan isinya.

Lalu dengan pertimbangan bahwa kami sudah hanya tinggal sehari lagi saja di tanah suci menjelang kepulangan kami, bagian terbesar dari isi kotak obat itu kami masukkan ke dalam koper besar yang akan masuk ke dalam bagasi pesawat.

Kami hanya mengambil masing- masing satu strip obat demam, obat sakit perut dan karbon aktif serta sedikit vitamin untuk dipisahkan dan dimasukkan ke dalam salah satu koper kecil yang akan kami bawa masuk ke dalam kabin.

Beres semua.

Agar tak repot, memang hanya satu koper kecil itu saja yang kami niatkan bawa ke dalam kabin. Dua koper besar plus satu koper kecil lain akan kami masukkan ke dalam bagasi.

Lalu, tibalah hari kepulangan itu. Kami berangkat ke Jeddah, bersiap- siap untuk pulang.

Alhamdulillah, semua berjalan lancar. Tak ada keterlambatan sama sekali.

koper-jamaah-57dbac1d92fdfd2c4733af97.jpg
koper-jamaah-57dbac1d92fdfd2c4733af97.jpg
Koper- koper dikumpulkan. Semua koper yang hendak masuk bagasi dikelompokkan menjadi satu. Koper yang masuk kabin dipegang oleh masing- masing.

Sampai..at the last minute, ada pengumuman diberikan kepada rombongan kami. Jika ada koper lain yang masih hendak dimasukkan lagi ke dalam bagasi, masih bisa.

Mendengar pengumuman itu, aku dan suamiku bersepakat, lebih baik koper kecil yang tadinya hendak kami bawa masuk ke dalam kabin dimasukkan saja ke dalam bagasi, agar kami tidak repot.

Pesawat kami akan transit di Dubai dalam perjalanan pulang itu. Agar kami tak harus repot menyeret koper kesana kemari saat pindah terminal di airport Dubai yang bessarrrr sekali itu, lebih praktis koper itu dimasukkan saja ke dalam bagasi.

Dan begitulah, koper kecil itu masuk ke bagasi.

Tanpa kami ingat bahwa ada obat- obatan di dalam koper tersebut. Tak teringat, sebab saat kami berada di bandara di Jeddah itupun, kami sehat dan tak membutuhkan obat- obatan.

Di penerbangan antara Jeddah sampai ke Dubai, urusan obat itu tak menjadi masalah. Masalah timbul tak lama setelah kami terbang dengan pesawat dari Dubai menuju ke Jakarta.

Dari menu yang ditawarkan, aku memilih menu dengan lauk ikan.

Yang entah kenapa, tak lama setelah kumakan menimbulkan rasa gatal- gatal di tubuhku.

Ya ampun.

Badanku memang kadang begitu. Walau tak sering, adakalanya jika mengkonsumsi makanan laut, ada gatal- gatal timbul di badan. Tak sulit mengatasinya. Biasanya jika sudah mulai terasa gatal, kukonsumsi saja tablet berisi karbon aktif, agar racun dari makanan itu terserap. Beres.

Mudah. Tapi..

Ya ampun. Baru saat itu kusadari, bahwa persediaan obat- obatan kami, termasuk karbon aktif itu, ada di dalam koper kecil yang akhirnya dimasukkan ke dalam bagasi !

Haduh.

Kucoba bertanya kanan- kiri. Tak seorangpun yang duduk di sekitar kami di dalam pesawat itu memiliki persediaan karbon aktif. Kucoba meminta pada pramugari, mereka juga tak punya obat yang cocok.

Ya sudahlah. Nasib. Terpaksa kuterima saja kondisi itu. Kuambil talk dan kutaburkan talk tersebut di kulitku, berharap agar gatal- gatal itu agak mereda. Untunglah gatalnya tidak parah sekali. Tapi cukup mengganggu. Membuatku tak nyenyak tidur.

Baru kemudian, sekian jam setelah itu, ketika akhirnya kami mendarat di Bandara Soekarno Hatta dan koper sudah berada di tangan, bisa kuambil dan kuminum obat untuk meredakan gatal di tubuhku.

***

Kutulis catatan ini dengan harapan untuk bisa menjadi pengingat.

Saat hendak berangkat, kita biasanya mempersiapkan segala sesuatu, termasuk obat- obatan, tapi hal yang sama mungkin lalu terlupa dan agak diabaikan pada perjalanan pulang.

Perlu disadari, baik pada perjalanan pergi maupun perjalanan pulang ke dan dari suatu tempat kita akan menempuh jarak yang sama, jumlah waktu yang sama. Maka tetap penting untuk senantiasa siaga dan memiliki obat- obatan yang mungkin diperlukan selama dalam perjalanan pulang. Sama pentingnya seperti saat berangkat.

Jangan sampai terjadi seperti apa yang harus kualami, terpaksa menahan gatal di badan selama berjam- jam sebab obat ada di dalam koper dalam bagasi pesawat yang tidak bisa diambil selama penerbangan... 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun