Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Arafah, 9 Dzulhijjah, Dua Tahun yang Lalu...

12 September 2016   13:02 Diperbarui: 13 September 2016   07:53 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

8 Dzulhijjah 1435 H.

Hari Kamis, 2 Oktober 2014 saat itu.

Inilah hari yang ditunggu- tunggu oleh kami semua.

Hari itu, kami kembali menggunakan pakaian ihram, yang untuk para jamaah lelaki, dengan menggunakan dua lembar kain berwarna putih tak berjahit. Niat berhaji kami baca pada hari itu.

Dadaku bergemuruh. Bergetar. Terharu.

Ah, entahlah. Kata- kata tak akan mampu menggambarkan apa yang kurasakan saat itu. Kebahagiaan dan kecemasan bergabung menjadi satu.

Rangkaian kegiatan ibadah haji telah kami mulai saat pertama kali kami tiba di Mekah sekitar dua minggu sebelumnya. Berangkat dari Madinah dan mengambil Miqat di Masjid Bir Ali, setibanya di Mekah kami melaksanakan ibadah umrah.

Setelah umrah itu, kami melepaskan pakaian ihram. Sembilan hari di Mekah, beribadah di Masjidil Haram, kemudian kami bergerak pindah dari hotel di dekat Masjidil Haram ke Apartemen Transit selama beberapa hari, dan…

Tibalah hari yang kami tunggu- tunggu itu.

Kami akan berangkat ke Mina hari itu.

Tenang.. tenang, kukatakan pada diriku sendiri. Ikhlas, pasrah, sabar, demikian aku terus mengulangi kata- kata itu, menyerapnya dalam hati, mengulanginya berkali- kali seraya berdoa dalam hati agar kami diberi kelancaran selama melaksanakan rangkaian ibadah haji kami di Mina dan Arafah.

***

Mina, sore itu.

Bus kami berhenti di depan deretan tenda- tenda di Mina.

Kami membawa koper- koper kecil kami masuk ke dalam tenda dimana ada banyak kasur berderet.

Tenda kami bagus. Bersih. Dan adem.

Kuhabiskan sore itu di dalam tenda. Baru kemudian, ketika matahari telah terbenam, aku keluar gerbang, ke tepi jalan, melihat sekitar.

Dan aku terpana.

Sebelum keberangkatan kami untuk beribadah haji, telah dua kali kukunjungi Tanah Suci untuk beribadah umroh. Pada dua kesempatan itu, ketika berkeliling menggunakan bus, kami diajak melewati Mina dan Arafah. Ditunjukkan tempat- tempat dimana ibadah haji dilakukan. Pada dua saat itu, kami tidak berhenti, hanya melintas di sekitar Mina dan Arafah itu, tapi itu sudah cukup untuk membuatku mengenali suatu hal.

jamarat-rumahkayu-57d640089fafbd2843a9cae5.jpg
jamarat-rumahkayu-57d640089fafbd2843a9cae5.jpg
Kutoleh suamiku. Kutanyakan padanya, “ Itu.. tempat lempar jumrah, kan? “ kataku.

Suamiku mengangguk. “ Ya, katanya. “

Ah.

Akan ada jutaan manusia akan bergerak pada saat yang sama untuk melempar jumrah di Mina pada hari- hari puncak ibadah haji. Melempar jumrah, tak dilakukan hanya sekali. Hal itu akan dilakukan beberapa hari berturut- turut dimulai pada hari Idul Adha tanggal 10 Dzulhijah, dan paling sedikit dua hari lagi setelahnya. Jamaah haji akan bergerak dari tendanya masing- masing menuju tempat melempar jumrah, kemudian kembali ke tenda. Dan pada hari berikutnya kembali lagi dari tenda ke tempat melempar jumrah, kembali ke tenda lagi, lalu melalukannya lagi keesokan harinya.

Maka dekat atau jauhnya letak tenda dari tempat melempar jumrah akan mempengaruhi kemudahannya.

Dan malam itu, kudapati bahwa tempat melempar jumrah itu berada hanya beberapa ratus meter dari tenda kami. Tenda kami, ternyata,merupakan salah satu dari deretan tenda terdekat dari tempat melempar jumrah itu.

lorong-di-antara-tenda-di-mina-rumahkayu-57d6404a949773b83fa2c682.jpg
lorong-di-antara-tenda-di-mina-rumahkayu-57d6404a949773b83fa2c682.jpg
Alhamdulillah. Kuucapkan puji dan syukur berulang- ulang, pada dia Sang Maha Pengasih. Kuucapkan rasa terimakasihku pada segala kemudahan dan kenyamanan, serta kelancaran yang dilimpahkan olehNya sejak kami berangkat dari tanah air hingga saat itu. Diluar beberapa hari dimana aku demam saat berada di Madinah dan ketika bus kami menabrak bus lain di depannya saat kami bergerak dari Madinah menuju Mekah, tak ada insiden lain yang tak diharapkan yang terjadi.

Semua berjalan baik dan lancar.

Kupahami sepenuhnya, semua kebaikan dan kelancaran itu hanya bisa terjadi atas kehendakNya.

tempat-melempar-jumrah-rumahkayu-57d640841cafbd054c44581b.jpg
tempat-melempar-jumrah-rumahkayu-57d640841cafbd054c44581b.jpg
***

Di dalam tenda hari itu, diberikan petunjuk dan pengumuman. Dari Mina, kami akan berangkat ke Arafah. Kami diminta bersiap- siap meringkas barang- barang yang akan kami bawa ke Arafah. Yang tak perlu, ditinggal di dalam tenda di Mina. Sebab kami akan kembali lagi kesana pada 10 Dzulhijah.

Dan begitulah. Sebelum subuh pada hari Jumat 9 Dzulhijjah 1435 H, 3 Oktober 2014, bus kami bergerak dari Mina ke Arafah.

Seperti kukatakan sebelumnya, telah kuturunkan harapan- harapanku pada akomodasi yang akan kami dapatkan selama di Tanah Suci. Kuniatkan untuk tak akan banyak mengeluh soal makanan, penginapan, atau apapun. Hal- hal terkait akomodasi itu telah kami pelajari dan kami putuskan pilihannya saat kami mendaftar ibadah haji sebelumnya. Setelah itu, kupasrahkan saja semuanya. Tak lagi terlalu banyak kupikirkan hal itu.

Apalagi telah kudengar banyak cerita, banyak kisah, tentang tenda, makanan, toilet dan beragam kisah lain terkait dengan hari- hari puncak ibadah haji di Mina dan Arafah. Tenda yang panas, yang berdesakan, makanan yang tak sesuai dengan lidah, toilet yang antri – telah kudengar ceritanya.Kusiapkan mental untuk hal tersebut.

tenda-arafah-rumahkayu-57d640d1107f61564d568852.jpg
tenda-arafah-rumahkayu-57d640d1107f61564d568852.jpg
Tapi ternyata, sejak kami tiba di Mina, tak kutemukan hal- hal yang tidak enak dan menyulitkan. Tenda kami lapang dan bersih. Kasur kami empuk. Udara sejuk mengalir terus di dalam tenda. Makanan dan minuman berlimpah.

Tentang toilet, hal yang menjadi legenda dari begitu banyak kisah tentang ibadah haji yang kudengar, surprisingly, ternyata juga tak ‘semenyeramkan’ itu.

Toilet dan kamar mandi berjejer di dekat tenda kami. Air menggelontor deras. Airnya tidak dingin tapi agak hangat. Di luar toilet dan kamar mandi itu terdapat banyak keran yang bisa digunakan untuk berwudlu.

kasur-mina-rumahkayu-57d68f8e949773e048a2c666.jpg
kasur-mina-rumahkayu-57d68f8e949773e048a2c666.jpg
Dan tentang antrian, tak pernah kutemukan antrian panjang. Pada banyak saat, aku bisa masuk melenggang saja setiap kali aku perlu ke kamar mandi atau toilet. Atau paling banter, mengantri satu orang saja. Tak pernah berlama- lama.

Alhamdulillah.

***

tenda-di-arafah-57d640fda123bd2843a99db8.jpg
tenda-di-arafah-57d640fda123bd2843a99db8.jpg
Haji adalah Arafah. Semua orang yang sedang melaksanakan ibadah haji harus berada di Arafah pada 9 Dzulhijjah. Jika tidak, tidak syah-lah hajinya.

Masih gelap ketika bus kami bergerak dari Mina ke Arafah di awal hari Jumat 9 Dzulhijjah itu.

Kusiapkan kembali mentalku. Mengulang lagi doa yang sudah sekian kali kuulang- ulang. Semoga kami semua diberi kemudahan dan kelancaran menjalankan ibadah kami di Arafah.

Bus kami bergerak memasuki Arafah.

Dan kulihat deretan tenda- tenda putih itu…

Lalu, kutemukan lagi kenyamanan yang tak kuduga.

Betapa dia, Sang Maha Cinta, menjaga dan melimpahkan segala kemudahan itu. Ketika aku justru sudah menurunkan harapanku. Ketika aku sudah berjanji apapun yang kulihat nanti, tak akan kukeluhkan, ternyata memang nyatanya, tak ada yang patut dikeluhkan.

tempat-makan-di-arafah-57d6431650937397421c9aa2.jpg
tempat-makan-di-arafah-57d6431650937397421c9aa2.jpg
Kembali  kudapati tenda yang lapang, bersih, nyaman dan sejuk. Makanan dan minuman yang berlimpah. Toilet yang memang sedikit lebih ramai dari saat kami di Mina, tapi tetap tak ada kesulitan karenanya.

Dan lagipula…

Memang akan sangat dangkal jika membicarakan Arafah semata tentang akomodasi yang ada.

Sebab ada di Arafah pada 9 Dzulhijah itu berarti jauh lebih dalam daripada semata urusan akomodasi itu.

bus-di-arafah-rumahkayu-57d641232b7a619f7e983f5b.jpg
bus-di-arafah-rumahkayu-57d641232b7a619f7e983f5b.jpg
***

Sekali lagi, kata- kata tak akan cukup untuk bisa menggambarkan..

Berada di Arafah pada masa puncak haji, Jumat 9 Dzulhijah dua tahun lalu itu adalah keindahan tak terperi, kenikmatan  tak bertepi, ketika seluruh diri ini semata pasrah, pasrah, pasrah. Ketika seluruh kesadaran, jiwa dan raga terpusat pada Dia Yang Esa. Dia Sang Maha Cinta. Sang Pemilik Hidup. Pemilik seluruh kebaikan di Jagad Raya ini.

Berada di Arafah adalah karunia luar biasa. Yang secara murah hati diberikan pada dia Sang Kuasa padaku dan suamiku ketika itu. Kusadari, tanpa kehendakNya, tak akan bisa kami berada disana pada hari itu.

Di Arafah pada 9 Dzulhijjah dua tahun yang lalu, air mataku mengalir deras, merasakan semua karunia dan keindahan yang berlimpah, serta mengiringi doa- doa yang kukirimkan ke Atas sana, dengan sepenuh jiwa. Doa bagi diriku sendiri, bagi semua orang yang kusayangi, yang kucintai.

Kupintakan kebaikan bagi mereka, pada kami semua.

Kumohonkan pula agar orang- orang yang kusayangi yang belum mengalami hal itu akan pula mengalami sendiri berada di Arafah pada 9 Dzulhijjah, suatu hari kelak. Kudoakan kebaikan bagi lingkungan terdekat kami, dan kebaikan bagi tanah air yang kami cintai.

Kuresapi dalam- dalam rasa nikmat dan indah yang membanjir, ketika terasa begitu dekat aku dengan Dia, Sang Maha Cinta. Di Arafah ketika itu..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun