Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjelang Puncak Haji, Ketika Masjidil Haram Dekat Tapi Tak Mudah Dijangkau

7 September 2016   08:49 Diperbarui: 7 September 2016   11:21 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oalaaahhh…

Ternyata, menjelang puncak haji itu, bukan hanya kendaraan mobil, taxi dan semacamnya yang tidak bisa masuk ke dekat Masjidil Haram, tapi bus gratis yang biasa wira wiri mengangkut jamaah itu juga tak beroperasi.

Hal ini akhirnya menjadi bahan pembicaraan sambil kami tersenyum- senyum antara aku serta adik iparku. Karena, ketika aku tadinya berpikir akan menggunakan bus yang biasa digunakan adik iparku, mereka yang sudah lebih dulu tahu bahwa bus tak akan beroperasi malah sempat berpikir bahwa pada hari- hari itu mereka akan ikut beristirahat di kamar hotel kami saja sepanjang harinya, agar bisa mencapai Masjidil Haram dengan mudah pada periode tanpa bus itu.

Begitu tahu bahwa pada hari- hari tersebut kami sudah akan pindah dari hotel ke apartemen transit yang berada di tengah- tengah di antara Masjidil Haram dengan Mina, tersenyumlah kami bersama- sama. Menyadari bahwa rencana- rencana kami itu tak akan bisa dijalankan.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Maka, akhirnya sejalan dengan pesan- pesan yang sudah kami dapatkan sebelumnya, kami maksimalkan saja hari- hari ketika kami masih bisa mencapai Masjidil Haram dengan mudah -- aku dan suami karena kedekatan letak hotel kami dengan Masjidil Haram, dan adik iparku sebab bus masih tersedia – untuk beribadah disana.

Aku menggunakan kata ‘maksimalkan’ di sini, bukan ‘puas- puaskan’ seperti kata- kata yang digunakan saat pertama kali informasi itu disampaikan saat manasik haji, sebab sejujurnya, rasanya kerinduan untuk kembali lagi dan lagi ke Masjidil Haram itu terus ada. Maka ‘puas’ bukanlah kata yang sesuai untuk ini.

Betapapun, dengan segala keterbatasan baik waktu maupun jarak, serta kendala transportasi yang ada, tetap, kusyukuri kesempatan yang ada itu. Kusyukuri keindahan, kenikmatan, rahmat yang kami terima saat itu…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun