Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjelang Puncak Haji, Ketika Masjidil Haram Dekat Tapi Tak Mudah Dijangkau

7 September 2016   08:49 Diperbarui: 7 September 2016   11:21 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Itu terasa ketika badanku terasa lemas di hari- hari pertama di Madinah. Saking lemasnya, aku biasa berangkat mepet dengan waktu shalat agar tak menanti terlalu lama. Akibatnya, bisa diduga, jika sudah mepet begitu, tak bisa lagi masuk ke dalam Masjid Nabawi yang sudah penuh sesak. Maka aku shalat di halaman masjid saja.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Alhamdulillah, aku tetap mensyukuri hal tersebut. Dalam hati aku berpikir, mungkin itu sebabnya Allah bermurah hati memberikan kesempatan dua kali umrah pada kami sekeluarga sebelum aku dan suamiku berangkat berhaji. Sehingga ketika aku sakit di awal musim haji itu, aku tak merasa nelangsa sebab tidak kuat untuk berjuang mendapatkan tempat di dalam masjid dan menikmati saja rejeki untuk bisa shalat di halaman.

Satu dua hari setelah itu, aku bahkan lalu bukan hanya shalat di halaman tapi harus shalat di dalam kamar hotel. Sebab aku demam sampai menggigil.

Ya ampun.

Dari mulanya sekedar mengkonsumsi obat yang dibawa dari tanah air, sampai akhirnya suamiku meminta bantuan dokter yang ada dalam rombongan kami untuk memeriksa dan memberikan obat padaku.

Alhamdulillah, aku berangsur pulih. Masih agak lemas tapi membaik. Bahkan di hari terakhir berada di Madinah, menjelang keberangkatan kami ke Mekah, aku sudah bisa berangkat sendiri pagi- pagi ke Raudhah. Dan kembali, atas kemurahan yang diberikan Dia Sang Maha Cinta, kunjungan ke Raudhah itu sungguh dimudahkan. Aku bisa masuk dengan cepat ke sana, hampir tanpa mengantri, dan juga mendapat kelapangan tempat di dalam Raudhah.

Bukan hanya itu, pertolongan bahkan datang ketika aku sedang shalat di dalam. Orang- orang yang tak kukenal, menjagaiku – ada yang bahkan membuat badannya menjadi benteng bagiku – menjaga agar aku tak terganggu atau tertabrak orang lain saat aku sedang shalat itu.

Luar biasa, pengalaman yang sungguh luar biasa. Yang kuyakin tak akan terjadi jika bukan sebab pertolongan yang diberikan oleh Dia yang Maha Mengatur segalanya…

***

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
“ Kita akan berada di Mekah selama sembilan hari, “ demikian pemberitahuan yang kami terima dari pihak pengatur perjalanan kami. “ Puas- puaskan ke Masjidil Haram selama sembilan hari itu, “ demikian arahan selanjutnya diberikan, “ Sebab setelah itu, kita akan pindah ke apartemen transit, sebelum nanti ke Mina dan Arafah. Saat di apartemen, tidak disarankan bagi jamaah untuk pergi ke Masjidil Haram. Lebih baik mempersiapkan diri untuk puncak haji di Mina dan Arafah saja. Dan juga, transportasi ke Masjidil Haram akan sulit di saat- saat itu.. “

Haaa.. serius?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun