Lalu pergilah kami mencari bahan seprai di pusat penjualan tekstil dan bahan seprai. Bahan seprai yang kami beli di toko itu kemudian langsung dijahit oleh Bapak-bapak penjahit seprai yang ada di kaki lima depan toko bahan.
" 90 x 190 cm " kata cah ayu menyebutkan ukuran kasur di asrama universitasnya nanti.
Bapak penjahitnya tampak ragu. Katanya itu bukan ukuran standar. Biasanya kasur itu ukurannya 90x200 cm.
Hmmm.
Website asrama universitas dimana cah ayu akan tinggal nanti memang menyebutkan ukuran 90x190 cm, jadi mungkin benar ukurannya seperti itu. Tapi kami pertimbangkan juga apa yang dikatakan Bapak penjahit seprai tersebut. Lalu setelah itu, akhirnya disepakati, dari dua seprai yang akan dijahit, satu seprai akan dibuat 90x190 cm, yang satu lagi 90x200 cm.
Dan.. ini yang bikin terharu.
Bapak penjahit seprai itu mengatakan pada cah ayu, " Nanti kalau ternyata ukurannya betul 190, berarti yang 200 itu kebesaran, bawa lagi aja kesini ya. Nanti dibetulin. Nggak usah bayar lagi. Garansi.. "
Aku tercengang. Duh..padahal ongkos jahitnya di kaki lima ini murah, masih pakai garansi pula?
Kami, aku dan putriku tersenyum saja dan mengucapkan terimakasih. Tentu saja tak ada satupun dari kami yang cukup sampai hati untuk mengatakan padanya bahwa “ bawa lagi kesini untuk dibetulkan” itu tak bisa dilakukan, sebab seprai itu akan dibawa terbang menemani cah ayu yang akan kuliah di luar negeri. Berapa ukuran kasur yang benar, baru akan diketahui saat cah ayu tiba di asrama universitasnya yang melintasi benua itu.
Ah, bagaimanapun, terimakasih untuk kebaikannya, pak..
***