Ibuku menangis, baik ketika hal tersebut terjadi, juga ketika menceritakan hal tersebut padaku, menyesali bahwa ASI yang ditampung setetes demi setetes itu ternyata tumpah.
Benar- benar diperlukan banyak kekuatan dan  ketegaran hati untuk bisa melakukan dan tetap konsisten melakukan apa yang kami lakukan saat itu. Kerjasama nenek-ibu-bayi yang syukurlah, berjalan baik. Bayi mungil putri kami tumbuh sehat. Alhamdulillah, dia ternyata juga tak menunjukkan reaksi berlebihan pada imunisasi- imunisasi berikutnya.
Cerita tentang ASI beku yang dikirimkan dalam termos es dengan bus antar kota dua hari sekali ini menjadi legenda dalam keluarga kami. Kadang- kadang dibicarakan dengan nada haru, kadang dengan nada bercanda, tentang bagaimana ada bayi yang menggantungkan hidupnya pada ASI beku kiriman dari luar kota.
Tapi, bagaimanapun ceritanya, apa yang berakhir baik, artinya baik adanya. Bayi yang dulu dibesarkan dan tumbuh dengan ASI beku itu, kini sudah lulus sidang tugas akhir di fakultas teknik sebuah Perguruan Tinggi Negeri ternama di tanah air dan siap terbang tinggi meraih cita- citanya yang lain untuk menempuh pendidikan tambahan di sebuah universitas di luar negeri.
p.s. Berangkatlah untuk mencari ilmu, Nduk, dan kelak pulanglah ke tanah air untuk turut membangun negeri ini. Semoga kau selalu sehat. Raihlah cita- citamu. Nikmati masa kuliahmu disana. Doa dan cinta ibu menyertaimu. Selalu.
** Tulisan terkait:
ASI, Cinta Ibu yang Mengalir Deras untuk Bayinya
Yang Ringan dan Lucu tentang ASI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H