Di kelas 3 SMA itu pula, suatu hari dia pulang ke rumah dengan berita bahwa dia diminta mewakili sekolah untuk lomba murid teladan tingkat SMA.
Pertanyaan kami seperti biasa adalah, " Kau mau ? "
Iya, dia mau, katanya.
Baiklah. Jika dia sendiri mau, kami dukung dia dan membantu menyiapkan apa yang diperlukannya untuk mengikuti lomba tersebut.
***
Tahun berlalu.
Dia diterima di fakultas Teknik di sebuah Perguruan Tinggi Negeri.
Dan saat itulah, sejak tingkat- tingkat awal dia menjadi mahasiswa, putriku ini justru getol sekali mendaftarkan diri dalam banyak lomba dan kompetisi. Bukan hanya tingkat nasional tapi juga internasional.
Kemampuan menulis serta akademik dan wawasan yang dia miliki diolahnya sedemikian rupa sehingga karya tulisnya mampu membawa dia mengikuti beberapa konferensi, pertukaran mahasiswa, winter camp dan beragam hal lain yang serupa.
Kami gembira, selain atas apa yang diraihnya, Â juga sebab kami lihat putri kami sama sekali tak terbeban. Dia melakukan semua itu atas keinginannya sendiri dengan senang hati. Juga, saat mengikuti lomba dan kompetisi itu, dia juga siap menang dan siap kalah.
Kekalahan tak membuatnya down dan putus asa. Kemenangan juga tak membuatnya mabuk kepayang.