Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tertidur saat Jaga Warung, Seorang Anak Terancam Putus Sekolah

20 Juni 2016   07:20 Diperbarui: 20 Juni 2016   22:12 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Dua kejadian itu sudah lama terjadi. Bertahun lalu. Eh ndilalah... rupanya bahkan sekarang pun cerita yang sama masih ada.

Asisten rumah tangga kami seorang janda. 

Anaknya yang besar sudah berkeluarga. Anak keduanya kelas 3 SMP. Dibiayai sekolahnya oleh ayahnya, mantan suami asisten rumah tangga kami itu. 

Dan beberapa hari yang lalu, anak perempuan ini menelepon ibunya yang bekerja di rumah kami sambil menangis-nangis. Ayahnya marah padanya. Sebab anak ini rupanya tertidur saat seharusnya menjaga warung sate milik sang ayah. Ayahnya juga tertidur saat itu. Mereka berdua sama-sama tertidur. Tapi sang ayah marah besar pada anaknya dan berujung pada keputusan bahwa ayahnya itu tak lagi mau membiayai sekolah sang anak.

Ealah... Ya sudah. Kami katakan pada asisten rumah tangga kami untuk menyampaikan pada anaknya agar selulus SMP ini tetap mendaftar ke SMK. Biar kami yang membiayai. 

Soal biaya, kami ikhlas. Yang bikin gemas adalah... aduuhhh... bagaimana yaaaa agar ada kesadaran para orangtua agar tak semudah itu memutuskan anak-anak untuk keluar dari sekolah.

Aku yakin, kejadian di mana anak-anaknya sendiri masih mau sekolah tapi orangtuanya dengan beragam alasan memutuskan agar anak tak usah lagi melanjutkan sekolah ada banyak terjadi. Kejadian yang kami lihat ini mungkin hanya sedikit contoh dari ribuan atau bahkan jutaan kasus lain.

Prihatin... prihatin...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun