Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

The Precious Moments: Percakapan Nggak Nyambung Ibu dan Anak

15 Mei 2016   18:13 Diperbarui: 16 Mei 2016   05:44 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat- saat berharga..

SUNGGUH. Aku menikmati banyak saat bersama anak- anakku. Sekedar leyeh- leyeh, atau ngobrol ngalor ngidul. Termasuk kalau obrolannya nggak nyambung. Entah karena yang ngajak ngobrol yang error, atau yang diajak ngobrol yang pikirannya belok, atau… karena ada generation gap.

Ha ha.

Ini beberapa diantaranya.

***

Yang ini, percakapan dengan anak tengah.

Setahun yang lalu, bocah lanang itu duduk di bangku terakhir SMA. Dan percakapan tentang kelanjutan pendidikannya menjadi salah satu topik yang kami bicarakan.

- Aku: Mas, ntar jadinya mau daftar (ke perguruan tinggi dan jurusan) apa?

- Anak: Masih pikir- pikir, bu

- Aku:  Masuk jurusan anu di perguruan tinggi itu saja,mas..

- Anak: Emang kenapa, bu?

- Aku: Jacket jurusannya keren

- Anak: Ibuuuuu.. ngga ada alasan yang lebih penting dari itukaahhh?

Lalu, cah lanang ini lulus SMA. Dia mendaftar ke perguruan tinggi, ke jurusan dan perguruan tinggi yang disebutkan sebelumnya itu.

Dan.. diterima !

Kami semua sangat gembira, tentu.

Kemudian ada percakapan lagi antara ibu dan anak lelakinya ini setelah kuliah dimulai.

- Aku: Mas, belum dapat jacketnya?

- Anak: Ibuuuuu..please deh..

Ibunya tetap ngeyel. Walau reaksi anaknya seperti itu, sang ibu (aku,maksudnya, he he ) menjawab begini, “ Nanti kalo udah punya jacketnya bikin foto mas pake jacket itu di kampus ya. Keren, kan.. “

Cah lanang itu speechless langsung, menghapi ibunya ini. Ha ha.

Harap maklum. Ibunya memang error. Yang diomongin ini jurusan di fakultas teknik PTN papan atas yang masuknya saja susaahhh sekali.

Lha,  bukannya memotivasi dengan alasan yang lebih berkelas, ibunya si anak lelaki ini cuma bisa bilang masuklah ke situ, karena jacket mahasiswa jurusan itu kereennn.. -- nggak mutu banget deh !

***

Kali lain.

Ceritanya, si sulung gadis mungil itu dapat beasiswa buat sekolah ke Inggris. Konon ini beasiswa yg prestisius, kompetisi sangat ketat, diseleksi oleh konsorsium gabungan beberapa negara Eropa yg proses seleksinya rumit banget. Gaya, deh ! *smile*

Lalu ada percakapan antara ibu dan anak.

Ibunya dengan serius memperhatikan email-email pengumuman,dokumen-dokumen perjanjian yang mesti ditanda tangani, rincian tentang program tersebut, dan sebagainya dan sebagainya, termasuk menelisik daftar siapa saja yang memperoleh beasiswa tersebut beserta beragam statistiknya.

Penerima beasiswa ini ada dari berbagai negara.

Daftar rinci belum dirilis saat itu, tapi dari kepingan data disana- sini, terlihatlah data dua mahasiswa Indonesia yang ada di dalam daftar.

Lalu..

- Aku:  Oh, nduk.. ini ada dua mahasiswa S1 dari Indonesia.. kau dan satu orang lagi

- Si sulung: Oh ya?

- Aku: Iya. Kau ke Inggris dan satu lagi ke Romania. Anak mana ya ini? Oh..dia dari PTN yg sama denganmu asalnya. Ambil jurusan apa ya dia?

Aku, masih menelisik daftar itu, dengan sangat serius, menanti jawaban si sulung.

Si sulung sendiri tak segera menjawab. Dengan tenangnya dia ngemil makanan kecil di meja. Setelah dinanti beberapa saat, barulah terdengar suaranya: “ Bu..do you know.. “

- Aku: What?

- Si Sulung: Romania is the country where the dragon lives

- Aku *tercengang* : apa?!

- Si sulung: Ya itu. Romania is the country where the dragon lives

- Aku: Hah?!

Si sulung tertawa-tawa. Lalu mengunyah snack-nya lagi. Percakapan usai.

Tinggallah aku setengah takjub setengah ingin tertawa.

Oalahhh.. begitulah kalau kebanyakan baca Harry Potter. Aku ini sedang serius, sungguh ingin tahu, lha cah ayu ini koq menjawabnya begitu. Ya ampun, ini anak bisa dapat beasiswa yang prestisius gitu tapi diajak ngobrol koq nggak nyambung. Segala naga dibawa- bawa.. ha ha ha.

***

Naaahh, kalau yang ini, percakapan dengan si bungsu, yang murid kelas satu SMP.

Ini anak generation Z sejati.

Dia menyerap banyak informasi dari beragam sumber, termasuk internet.

Generasi digital banget deh. Dan ini jadi mempengaruhi wawasan dan pola pikirnya.

Kalau kedua kakaknya dulu saat sekolah menengah akan menyebutkan nama perguruan tinggi negeri papan atas sebagai tempat yang dicita- citakan untuk melanjutkan pendidikan, si bungsu ini bahkan sejak SD sudah seringkali mengatakan, “ Aku nanti kuliahnya di Harvard, atau di Oxford. “

Kalimat yang tentu saja selalu kami amini.

Kadang- kadang, percakapan serupa itu sering kuimbuhi dengan, “ Atau sekolah ke Jerman, dik. Ke Braunschweig. Seperti yangkung dulu. “

Ayahku, kakek anak- anakku, dulu memang pernah menempuh pendidikan di 'the oldest Technische Universität' di Jerman tersebut.

“ Hmm, let’ see, “ jawabnya.

“ Eh tapi dik, “ kataku, “ Kalau adik sekolah jauh- jauh begitu terus ibu kangen, gimana dong? “

“ Kan bisa video call, bu, ada Skype, atau yang lain lagi. “

“ Tapi dik, kalau video call kan ibu nggak bisa meluk adik.”

Dan tanpa merubah raut mukanya, si bungsu menjawab” Well, you can pretend.. “

Ugh. Aku tertawa. Ya ampun. You can pretend, katanya. Masa’ sih, ada..pura- pura memeluk kalau kangen? Ha ha.

Tapi mungkin urusan semacam itu memang bukan hal yang terlalu ajaib bagi generasi Z.

Sebab di saat lain, pernah kusodorkan pipiku pada si bungsu ini sambil berkata, “ Eh, dik, rasanya seharian ibu belum dicium deh.. “

Dan si bungsu yang saat itu sedang mengutak- atik telepon genggamnya menjawab, “ Bentar bu, aku kirim via Bluetooth ya… “

Haduh dik.. dikkk.. lha masa’ sih, cium aja dikirim secara virtual.

Bener- bener deh… hahaha.

***

Well.. tapi sungguh. Betapapun tidak nyambungnya percakapan dengan anak- anak itu, aku selalu mencatatnya sebagai keindahan tak terperi.

Kebahagiaan besar sebagai ibu, diantaranya muncul dari percakapan- percakapan semacam itu, he he he.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun