Benar.
Mengijinkan dirinya naik sepeda ke sekolah dulu itu merupakan salah satu hal yang membuatnya kemudian merasa senang berangkat sekolah dan bisa mengatasi mogok sekolahnya.
***
Saat SD, anak- anak kami, termasuk anak tengah ini, bersekolah tak jauh dari rumah.
Seperti pernah kuceritakan sebelumnya, anak tengahku ini senang sekali naik sepeda. Sejak dia kecil, batita, balita, terus dari tahun ke tahun, kegemaran itu tak berubah.
Dan kegemaran inilah yang pada suatu hari akhirnya membantu mengatasi urusan mogok sekolah.
Saat dia masih sering mogok sekolah itu, kami memang membujuknya dengan beragam cara, mencari hal- hal menarik di sekolah yang mungkin akan bisa menarik hatinya. Sejujurnya, tak banyak yang bisa dicari. Sebab dia betul- betul tidak suka sekolah. Hingga suatu hari, ada pembicaraan antara dia dan ayahnya saat dia duduk di kelas 5 SD yang berujung pada kesepakatan bahwa alih-alih diantar jemput seperti yang sebelumnya dilakukan, dia akan boleh pergi dan pulang sendiri ke sekolah. Dengan sepeda kesayangannya.
Cukup aman. Jarak SD itu dari rumah kira- kira satu setengah kilometer . Ada jalan- jalan kecil dari kompleks perumahan kami yang bisa ditembus menuju sekolah untuk menghindari jalan raya.
Keputusan itu merupakan salah satu titik penting yang kemudian membuatnya berhenti mogok sekolah. Bukan satu- satunya, memang, ada rangkaian upaya lain. Tapi urusan naik sepeda ini tetap salah satu yang terpenting.
Bocah cilik itu merasa mendapat kesempatan untuk bersenang- senang setiap hari, bisa naik sepeda ke dan dari sekolah.
Kegembiraannya sungguh nyata terlihat.