Sebelum ini, aku pernah juga menginap di hotel transit di airport yang sama, beberapa tahun yang lalu ketika harus berganti pesawat dalam perjalanan ke dan pulang dari USA. Selain kondisi lorong- lorong di hotel yang menurutku sempit dan temaram dan membuatku merasa kurang nyaman itu, ketika itu aku juga berpapasan dengan Bapak- bapak hidung belang yang kegenitan saat hendak check in di hotel transit tersebut. Duh, males banget kan.
Nah, mungkin, sebab pengalaman yang terekam di memoriku tentang hotel transit itu tidak begitu menyenangkan, makanya aku jadi aras- arasen, ogah- ogahan untuk segera check in.
Aku lalu memutuskan untuk berjalan- jalan saja dulu ke toko buku. Lalu, kudengar juga kabar bahwa ada seorang rekan kerjaku yang hendak terbang ke negara lain saat itu juga sedang transit di Singapore. Maka, setelah dari toko buku, kuputuskan untuk bertemu dengannya.
Kebetulan aku dan rekan itu dalam beberapa hari ke depan memang berencana untuk mendiskusikan sesuatu melalu teleconference. Namun sebab ternyata kami secara kebetulan bertemu dalam persilangan arah perjalanan kami di Changi, akhirnya di tengah malam buta itulah kami membicarakan beberapa hal yang tadinya akan kami diskusikan melalui teleconference itu. Kami melakukan rapat tengah malam di airport, judulnya. Ha ha.
Baru kemudian setelah bertemu dengan rekanku itu, akhirnya aku memutuskan untuk check in di hotel transit airport. Bayanganku, setelah check in, aku akan mandi air hangat, tidur sebentar, lalu mandi lagi untuk kemudian siap- siap terbang kembali ke tanah air.
Dan…
Yang terjadi ternyata tidak sesuai dengan bayanganku. Sebab, saat aku tiba di resepsionis hotel, mereka mengatakan bahwa kamar fully booked. Menurut mereka, pihak penerbangan memberikan banyak voucher pada penumpang yang ketinggalan pesawat malam itu tanpa melakukan reservasi kamar dulu di hotel transit itu, sehingga mereka tidak punya kamar untukku.
Oh, ya ampun.
Mereka mengatakan, jikapun aku mau, saat itu yang tersedia hanya ‘budget room’. Artinya, kamar single yang agak sempit (ukurannya kira- kira sebesar satu ruangan dengan satu tempat tidur dan satu meja saja), dan.. toiletnya di luar.
Haduh.
Kamarnya sempit, ya sudahlah, toh cuma sebentar. Tapi, toilet di luar? Aduh, itu sangat tidak nyaman bagi perempuan yang bepergian sendiri seperti aku ini.