Asisten rumah tanggaku menggeleng, “ Nanti saja tanggal 1, “ katanya, “ Biar sekalian. “
Aku mengangguk. Baiklah. Apapun yang mereka inginkan. Uang itu uangnya. Dialah yang berhak memutuskan.
Namun pembicaraan belum berakhir. Asisten rumah tanggaku dengan mata berkaca- kaca dan suara agak bergetar itu mengatakan bahwa uang itu dibutuhkan sebab “belum ada hujan di rumah.”
“ Susah cari rumput, “ katanya.
Yang lalu disambungnya dengan, “ Ladang juga tidak bisa ditanami. “
Kumengerti apa yang dikatakannya itu. Aku tahu bagaimana kehidupan mereka. Saat lebaran, biasanya kami upayakan untuk mampir ke kota asal para asisten rumah tangga kami itu. Tak ada sebenarnya kerabat kami disana. Kota itu, bukan kota dimana orang tua dan keluarga kami tinggal. Tapi, para asisten rumah tangga ini memang sudah menjadi kerabat bagi kami. Mereka selalu senang jika kami datang seperti itu. Seringkali kami lalu menginap semalam di rumah salah satu dari mereka saat berkunjung itu. Maka, kami juga mengenal keluarga mereka di kampung.
Karena itulah dengan segera kupahami, apa yang terjadi.
Jika susah mencari rumput, maka akan ada masalah dengan persediaan makanan untuk sapi- sapi yang mereka pelihara di belakang rumah. Keluarga- keluarga disana, biasa menabung dalam bentuk sapi. Jika ada uang, mereka membeli anak sapi yang lalu dirawat hingga besar dan dijual saat ada kebutuhan.
Sebab tak ada rumput, maka mereka harus membeli makanan sapi.
Ladang tidak bisa ditanami sebab tanah kering, artinya bukan hanya masalah tentang sapi tapi juga masalah dengan kebutuhan keluarga asisten rumah tangga kami itu.
Sebagian kebutuhan pangan rumah tangga mereka peroleh dari apa yang ditanam di ladang. Hasil dari ladang itu, sebagian langsung terhidang di meja makan mereka untuk disantap, sebagian akan dijual dan uang yang diperoleh digunakan untuk kebutuhan sehari- hari.