Air mataku terus mengalir.
Suara suamiku terdengar lagi. " Kalau hitung- hitungan pahala, mereka itu yang dapat pahalanya jauh lebih besar dari kita, ya, D ? "
Aku tak sanggung menjawab. Aku pahami apa yang dikatakan suamiku. Jika aku saja tersergap perasaan malu dan terasa dangkal seperti ini, apalagi dia yang sangat halus hati itu.
Orang- orang itu, berjalan menuju tempat melempar jumroh. Mereka datang dengan tujuan yang sama dengan kami. Beribadah, menjalankan perintah Sang Pemilik Hidup. Dan mereka menempuh jarak yang jauh dengan berjalan kaki untuk mencapai tempat itu.
Sementara kami, tenda kami adalah salah satu dari deretan tenda terdekat dari tempat melempar jumroh.
Jika kami keluar dari pagar yang membatasi tenda dengan jalan, dengan segera tempat melempar jumroh itu akan langsung bisa terlihat...
***
Sudah kulihat semua itu, telah kutangkap kesan itu, bahkan pada hari- hari pertama kami tiba di Mekah.
Telah kurasakan betapa rasa tak enak hati itu menyelinap sedikit demi sedikit. Mengorek- ngorek berbagai rasa di dalam dadaku.
Aku bersyukur, sungguh. Dan sangat berterimakasih. Dia sang Maha Cinta memberikan rejeki cukup kepada kami, kepada aku dan suamiku sehingga kami bisa mendaftarkan diri berangkat haji dengan ONH Plus.
Fasilitas yang kami dapatkan, sungguh membantu banyak.