Tehnya sudah habis. Dia sudah makan sup hangat, sedikit. Dan roti, juga sedikit. Dia masih kehilangan nafsu makannya.
Kuti tampak berkonsentrasi pada pekerjaannya. Dia mengetik cepat. Berhenti sekali- sekali, sambil membaca kertas- kertas disamping laptopnya.
Dee tersenyum dalam hati. Entah untuk yang keberapa juta kali sepanjang pernikahannya dengan Kuti, dia bersyukur sebab dikaruniai suami sebaik itu.
Lalu pikirannya mengembara kemana- mana.
Termasuk pada keriuhan yang dilihatnya di blog keroyokan dimana dia biasa menulis. Tentang bocornya sebuah foto yang memuat gambar seorang koruptor kakap sedang kopdar dengan dua orang perempuan yang juga aktif beredar di blog keroyokan itu.
Dee juga sudah membaca, disana- sini banyak blogger di blog keroyokan tersebut sudah menyimpulkan bahwa koruptor kakap tersebut adalah orang yang mengendalikan sebuah akun populer di blog keroyokan itu.
Dee tersenyum dalam hati. Populer, yang bisa diterjemahkan sebagai famous, bisa juga notorious. Populer yang baik atau yang buruk.
Akun kontroversial yang bagi sebagian orang, seperti magnet menarik mereka tak bisa lepas, bagi sebagian orang... Ah. Tentu saja Dee tahu, bahkan sejak lama, banyak yang mengerutkan kening melihat tulisan- tulisan yang tayang di akun tersebut.
Dan Dee teringat lagi...
Hmm..
Ada banyak sekali fans akun tersebut. Diantaranya, para perempuan. Dengan beragam tingkat kekaguman dari ringan hingga fanatik. Dengan berbagai cara menyampaikan puja dan puji setiap saat pada si pemilik akun.