Bus terus melaju, lalu tiba- tiba saja suatu saat...
Brakkkkk...
Suara itu terdengar.
Kami kaget dan sedetik kemudian menyadari, bus kami rupanya menabrak bus lain yang berada tepat di depan kami.
Tak ada kerusakan berarti pada bus kami, tapi kaca belakang bus yang ditabrak, yang berada di depan kami, rontok berkeping.
Bus di depan kami itu bukan bus jamaah dari Indonesia. Entah darimana. Kulit mereka agak coklat, tapi aku tak tahu persisnya negara asal mereka.
Untunglah, walau kaca rontok dan mungkin ada penyok-penyok di badan bus, tak seorangpun terluka. Tidak di bus depan, tidak pula di bus kami.
Kami sungguh tak jauh lagi dari check point terakhir. Yang kami rencanakan tadinya adalah melalui check point untuk pemeriksaan dokumen, lalu mampir ke tempat dimana gelang- gelang karet tanda maktab kami dibagikan lalu menuju hotel kami yang terletak di seberang Masjidil Haram, beristirahat sejenak lalu menjalankan ibadah umrah kami segera malam itu.
Yang terjadi akhirnya tak seperti itu. Begitu kecelakaan yang terjadi, supir kami meminggirkan busnya dan menelepon ke suatu tempat (perusahaan bus dimana dia bekerja? ). Sebab bahasa Arabnya kurang begitu fasih, dia dibantu oleh para ustad yang berada di bus kami. Lalu disepakati kami harus mampir di suatu tempat dulu menanti petugas yang akan mengurus soal kecelakaan itu datang.
Maka kami mampir di sebuah tempat dimana ada tempat parkir yang lapang, sebuah masjid dan toilet yang berderet- deret.
Terbalut pakaian ihram, kami menanti beberapa jam disana.