Pemandangan sama dimana- mana.
Ada banyak hotel dan penginapan di sekitar Masjid Nabawi dan semua menyuguhkan pemandangan serupa. Kepadatan antrian bus sebab banyak rombongan jamaah haji akan menuju Mekah. Sepanjang ingatanku, ada batas hari terakhir kapan jamaah haji bisa memasuki kota Mekah sebelum puncak haji tiba. Dan batas hari itu hampir tiba. Itu sebabnya pergerakan jamaah dari Madinah ke Mekah mencapai puncaknya.
Bus bergerak menyusuri jalan. Aku masih menoleh- noleh ke belakang, ke samping, mencuri- curi pandang untuk melihat Masjid Nabawi. Ada yang terasa berat di hati. Ah, entah kapan bisa kembali kesini.
Dan doa- doa terlantun di dalam hati, semoga... semoga Dia Yang Maha Pemurah mengijinkan kami segera mengunjungi lagi tempat ini. Semoga... semoga ini bukan kali terakhir kami bisa datang ke Masjid Nabawi.
Bus terus bergerak, dan... eh, koq...
Sejujurnya, orientasi arahku tidak begitu baik. Tapi bagaimanapun, aku mengenali bahwa bus kami tidak bergerak ke arah luar kota seperti seharusnya tapi... kembali ke sekitar Masjid Nabawi, parkir di depan hotel kami tadi lagi.
Lho, ada apa ?
Kembali para petugas turun dari bus, menemui petugas Arab Saudi, melakukan pembicaraan dan ada kertas- kertas yang diberikan. Lalu kami berangkat lagi.
Kali ini benar- benar berangkat menuju Mekah, tak berputar kembali.
Penjelasan diberikan, bahwa rupanya tadi, walau kami diminta berangkat untuk mengurangi kepadatan antrian di depan hotel dan dijanjikan surat ijin akan diberikan di titik lain, hal itu rupanya tak memungkinkan untuk dilakukan, sebab petugas dari Arab Saudi yang berwenang memberikan surat ijin dan melepas keberangkatan kami benar- benar harus melihat rombongan secara fisik untuk dicocokkan dengan surat ijin yang dikeluarkan.
Itu kejadian pertama, di Madinah, yang membuat perjalanan kami terlambat.