1. Egoisme.
Sebab tahu tak sanggup berdiri sepanjang perjalanan, apalagi KRL sering terlambat sampai cukup lama (setengah jam, bahkan pernah satu jam) tanpa alasan yang jelas, tempat duduk menjadi sangat berharga.
Banyak yang terpaksa membuang waktu untuk ikut berputar arah agar bisa duduk. Akibatnya, orang tak rela atau tak lagi sanggup berbagi. Sangat sedikit yang mau memberikan tempat duduknya pada peumpang lain sebelum sampai ke stasiun tujuan.
Aku bahkan pernah mendengar ada Bapak- bapak yang 'mengomel' pada temannya, menceritakan bahwa hari sebelumnya dia duduk dan diminta berdiri sebab ada orang hamil (mungkin juga dengan cara yang kurang enak -- aku pernah menulis tentang ini sebelumnya ) .
Dia bercerita pada temannya bahwa reaksinya saat itu adalah, " Hamil? Nah yang menghamili siapa? Suaminya kan? Suaminyalah suruh cariin. Tanggung jawab dong, kenapa gue yang mesti ngurus? "
Keterlaluan?
Mungkin. Tapi jika kita setiap hari naik KRL, ketidakrelaan dan egoisme semacam itu dengan mudah bisa dilihat apa latar belakangnya.
2. Agresivitas
Pertengkaran bukan barang langka di dalam gerbong KRL.
Minggu lalu aku malah melihat seorang lelaki memukul dan menampar lelaki lain di atas gerbong.
Yang satu hendak keluar dari gerbong, yang satu tergesa masuk sebab ingin mencari tempat duduk lalu saat berpapasan menyenggol yang hendak keluar. Dan terjadilah penamparan serta pemukulan itu