Liburan kembali datang.
Orang tuaku selalu menanyakan kesediaan anak- anaknya untuk menjalani kegiatan yang mereka sarankan. Jadi perintahnya bukan satu arah. Ibu menanyakan kesediaanku untuk sekali lagi mencoba belajar menjahit, dan aku mengangguk lagi, untuk ketiga kalinya.
Dan.. drop out lagi.
Ha ha ha.
Maka, jika di banyak kolom konsultasi di majalah- majalah atau koran- koran banyak remaja (terutama mahasiswa) yang mengatakan mereka tidak bisa berprestasi saat kuliah sebab jurusan yang mereka masuki tidak cocok dan tidak sesuai minat karena mereka semata mengikuti saran orang tua, tak begitu yang terjadi padaku dengan kursus jahit itu.
Aku memang bersedia menjalaninya dan sebetulnya juga ingin memiliki keterampilah itu. Tapi entah kenapa, tak juga aku berhasil menikmati dan menguasai pelajarannya.
Tiga kali sudah terlalu banyak. Tak ada lagi tawaran serupa tentang kursus jahit diberikan saat liburan berikutnya tiba. Ha ha.
Aku sendiri, pada akhirnya setengah menghibur diri, berpikir bahwa manusia memang tak sempurna, dan aku tak akan bisa serta tak mungkin menjadi super woman. Maka, jika ternyata aku tidak memiliki keterampilan menjahit, ya sudahlah. Keutuhan diriku sebagai perempuan toh tidak lalu cedera karena itu.
***
Itu tentang menjahit.
Bagaimana urusan memasak?