Selain kegiatan rutin sehari- hari sepulang sekolah ( belajar menari tradisional, pramuka, ballet, kursus bahasa ), orang tuaku biasa mengirimkan aku untuk mempelajari keterampilan tertentu saat liburan sekolah. Jadi usai libur, aku sudah memiliki ilmu baru. Dari les berenang, mengetik sepuluh jari, kursus mengemudi, sampai menjahit ini, adalah kegiatan masa libur sekolah yang inisiatifnya datang dari orang tuaku. Terutama biasanya, ibuku.
Semua kujalani dengan baik, kecuali... urusan jahit- menjahit itu.
Entah mengapa, otakku yang saat itu bisa mencerna pelajaran matematika dengan mudah tak sanggup mengolah pelajaran membuat pola. Mengukur lingkar tangan, yang harus dikali sekian, ditambah sekian senti, dan ini dan itu, terlalu rumit untuk bisa kupahami.
Dan gunting menggunting itu, aduh, aku bosan sekali !
Maka akibatnya, drop out-lah aku dari kursus jahit itu.
Ibu tak menyerah.
Tempat kursus menjahit kemana ibu mengirimkan aku untuk belajar saat itu adalah tempat kursus terkenal, salah satu yang terbaik di kotaku. Artinya metode pelajaran dan kualitas murid- murid yang lulus dari situ tentu baik.
Tapi aku tak cukup pintar untuk itu.
Liburan datang lagi, dan ibu mengirimkan aku lagi untuk belajar menjahit disana.
Tak ada kemajuan berarti.
Aku drop out lagi.