Pendek cerita, pertanyaan yang sudah berhari- hari diniatkan untuk ditanyakan pada si kecil itu berhasil juga diucapkan. Sungguh itu tak mudah sebab kami tadinya menduga dia akan berat hati sementara kami makin melihat bahwa sekolahnya melanggar begitu banyak faham dasar pendidikan anak.
" Dik, adik mau nggak kalau sekolahnya pindah? " begitu kutanyakan padanya suatu sore.
Anakku yang sedang menggambar dan mencoret- coret kertas mengangkat kepalanya.
Aku menahan nafas. Suamiku yang biasanya tenang, juga tampak agak tegang.
Dan kami berdua berpandangan ketika jawaban yang sama sekali tak terduga keluar dari mulut mungil si bungsu, " Mau. Aku sebenarnya sudah lama ingin pindah sekolah, bu... "
Alih- alih senang mendengar jawabannya yang akan memudahkan langkah, hatiku berdarah. Merasa bersalah sebab gagal melindungi dia dari kekerasan dunia...
p.s. segini dulu ya, sudah mulai banjir air mata soalnya nih nulisnya...
** Artikel selanjutnya: http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2013/06/09/uniknya-anak-anak-kecurangan-dan-manipulasi-yang-merusak-sistem-pendidikan-1-567034.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H