Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Berenang Bersama Hiu, Amankah Itu?

8 Juli 2013   19:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:50 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku panik...

KAMI ada di tempat dimana sinyal telepon genggam lebih banyak hilangnya daripada munculnya ketika itu.

Tempat itu indah, dan sangat tenang.

Kami sekeluarga sedang berlibur kesana. Resort tempat kami menginap bagus, makan malam yang dimasak oleh pengelola resort merangkap chef disana nikmat sekali. Tapi...

Aku membutuhkan akses ke internet. Segera.

Sebab aku perlu googling.

Dan tak bisa kulakukan itu.

Wah, bagaimana ini?

***


[caption id="attachment_265470" align="aligncenter" width="574" caption="Foto: kompasiana.com/rumahkayu"][/caption]

Punya anak ABG memang gampang- gampang susah.

Sejak kecil, kuajarkan mereka untuk mandiri. Kulatih juga untuk menjadi pemberani.

Dan...

Saat mereka tumbuh besar dan menjadi pemberani, lengkap dengan sifat 'nakal' ala ABG, akulah yang malah kadangkala panik sendiri. Aduh, kenapa pertanyaan dan permintaan mereka aneh- aneh begini ya?

Bukan hanya 'aneh- aneh', tapi seringkali mereka bertanya at the last minute pula, sehingga tak cukup memberikan waktu untuk berpikir, atau mencari informasi yang bisa dipertanggungjawabkan untuk pengambilan keputusan.

Itulah yang terjadi ketika dengan tenang seakan itu kalimat paling wajar di dunia, putri sulungku bertanya, " Ibu, aku nanti boleh berenang dengan hiu, kan? "

Apaaaaa? Berenang dengan... hiu?!

Kuputar otak, kucoba mencari referensi dari bacaan, atau percakapan yang pernah kulakukan dengan kawan- kawan yang mungkin tersimpan dalam ingatan, tapi tak ada data tentang berenang dengan hiu di kepalaku.

Satu- satunya hal yang kutahu tentang hiu adalah bahwa hiu terancam punah akibat ulah manusia. Populasinya terus berkurang akibat mereka banyak diburu, terutama untuk diambil siripnya, dan juga dagingnya, buat dikonsumsi manusia.

Ah, jadi barangkali sebenarnya manusia lebih ganas dari hiu, ya, dengan jahil otakku berpikir. Tapi kejahilan itu tak cukup untuk menjawab pertanyaan anakku, apakah aku akan mengijinkan anakku berenang dengan hiu.

Aku bukan orang yang senang bermain- main dengan binatang buas. Binatang kesayanganku adalah kucing. Ketika aku kecil, ayahku juga melatih aku untuk tak takut pada ulat. Itu mungkin satu hal yang membedakan aku dengan kebanyakan perempuan lain yang takut ulat.

Tapi, ulat kan tak mengigit manusia dan kefatalan terbesar yang bisa ditimbulkan ulat 'paling- paling' hanya gatal. Tak seperti hiu yang bisa membunuh.

Aduh, betapa kuharapkan google dapat diakses ditempat dimana kami berada ketika itu...

***


[caption id="attachment_265467" align="aligncenter" width="461" caption="Foto: kompasiana.com/rumahkayu"]

13732837181597893743
13732837181597893743
[/caption]

Kami ada di Karimun Jawa saat anakku mengajukan pertanyaan tentang berenang bersama hiu tersebut.

Ada suatu tempat di tengah laut di Karimun Jawa dimana hiu- hiu dikumpulkan dalam sebuah ‘kolam’ luas (tepatnya ini bagian dari laut yang diberi pembatas). Hiu- hiu itu dipisahkan jenisnya, yang lebih ‘jinak’ dan lebih ganas. Dan anakku bahkan menunjuk kolam berisi hiu yang lebih lincah dan konon lebih ganas itu ketika itu.

Haduh!

Sebab tak ada referensi untuk bisa dibaca, aku dan suamiku harus memutuskan saat itu juga.

Suamiku memberi isyarat padaku dengan anggukan kecil tanda mengijinkan.

Aku sebenarnya tetap ragu.

Tapi baiklah...

" OK, ” kataku akhirnya pada si sulung (dan anak tengahku yang juga menanti jawabanku), ” Ayo turun. Ibu temani…”

Mereka tentu saja senang sekali. Boleh berenang dengan hiu, ditemani pula olehku.

Aku sebenarnya tidak senang. Aku cemas.

Jika aku menemani mereka, sebenarnya bukan sebab aku ingin tahu rasanya berenang bersama hiu, tapi rasa cemas itu akan jauh berkurang jika aku juga turun ke kolam daripada aku berdiri di tepian melihat anak- anakku ada di dalam kolam dengan begitu banyak hiu meliuk- liuk di sekitar mereka.


[caption id="attachment_265469" align="aligncenter" width="399" caption="Si sulung dan hiu yang berenang di sekitarnya. Foto: kompasiana.com/rumahkayu"]

1373283757606426105
1373283757606426105
[/caption]

***

Sebetulnya seberapa besar resiko terjadinya serangan hiu?

Sebab penasaran, kucari informasi itu sepulang liburan.

Serangan hiu konon sebenarnya cukup jarang terjadi. Berdasarkan data tahun 2000, menurut National Geographic, kemungkinan seseorang digigit hiu adalah 1: 11,5 juta.

Artinya, sebenarnya hiu 'tak seberbahaya' apa yang ada dalam persepsi kebanyakan orang. Tapi, walau begitu, dalam kondisi- kondisi tertentu, hiu memang bisa menjadi berbahaya, dan serangan hiu bisa fatal akibatnya.

Apa saja kondisi itu? Mana yang fakta, mana yang mitos?

Dari apa yang kubaca, serangan hiu biasanya terjadi jika (dipandang dari sudut pandang hiu), ada provokasi dari pihak manusia. Misalnya, manusia bertemu hiu lalu menepuk, menggoda, menjaring, menombak, atau tanpa sengaja menabrak hiu dengan papan surfing. Semua itu bisa digolongkan sebagai bentuk provokasi.

Selain hal tersebut di atas, faktor cuaca serta lingkungan juga berpengaruh.

Misalnya, saat itu manusia berada pada lingkungan dimana banyak ikan kecil yang biasa dimangsa hiu berada. Maka hiu menganggap manusia sebagai pesaingnya untuk memperoleh makanan, dan hiu akan merasa harus menyerang pesaing ini.

Disarankan juga untuk tak berenang saat air keruh atau setelah badai.


[caption id="attachment_265474" align="aligncenter" width="601" caption="Foto: kompasiana.com/rumahkayu"]

1373284258272745335
1373284258272745335
[/caption]

Satu hal lagi yang kuingat dari apa yang telah kubaca itu adalah untuk menghindari menggunakan perhiasan dari permata atau logam yang berkilat, serta baju berwarna terang yang menimbulkan efek kilat tertimpa sinar matahari. agar tak menarik perhatian hiu. Sebab hiu bisa jadi mempertukarkan kilatan itu dengan sisik ikan, lalu tertarik untuk mendekat dan menyerang.

Memegang pena, saat melakukan penelitian mengenai hiu yang berada di dalam aquarium, misalnya, itu juga bisa memancing bahaya dan memicu serangan hiu.

Oh ya... konon, informasi bahwa sebab hiu sangat sensitif terhadap darah sehingga perempuan yang sedang haid memiliki resiko lebih besar untuk diserang hiu pernah diteliti dan hal itu ternyata tidak terbukti. Tapi jika ingin mengurangi resiko, maka lebih baik menghindari mendekati hiu saat sedang haid.

***

Nah, bagaimana setelah membaca cerita ini, tertarikkah teman- teman untuk mencoba berenang bersama para hiu di lautan?

** Artikel terkait: http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/07/08/yuk-ke-karimun-jawa-575275.html

** http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/07/08/taman-laut-karimun-jawa-ketika-si-bungsu-snorkeling-untuk-pertama-kali--575304.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun