Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Benarkah Pelayanan KRL Kini Makin Baik?

11 Juli 2013   07:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:43 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_266063" align="aligncenter" width="401" caption="Gambar: kompasiana.com/rumahkayu"][/caption]

Lagi, tentang KRL...

SUNGGUH, aku akan senang sekali jika apa yang dituliskan dalam sebuah artikel yang kubaca kemarin malam di Kompasiana ini benar.

Bahwa pelayanan KRL membaik. Bahwa petugasnya ramah. Dan ilustrasi yang dipasang adalah gerbong berisi sedikit penumpang dengan ruang kosong yang lega, lalu ada gambar tiket elektronik di situ.

***

[caption id="attachment_266062" align="aligncenter" width="473" caption="Gambar: www.tumblr.com"]

1373547089519634492
1373547089519634492
[/caption]

Sayangnya, menurutku artikel itu tidak menunjukkan kondisi yang sebenarnya.

Jam 6.30 pagi saat artikel ini ditulis di KRL 'Commuter Line'. Baru tiga stasiun terlewati dari stasiun asal dimana kereta diberangkatkan. Dan aku sudah mendengar nafas yang menderu sebab kekuatan fisik terpacu. Keluhan berbunyi 'aduh', dan 'Ya Allah, sakit sekali..' dari para penumpang yang terjepit.

Jangan salah, aku bukan sedang berada di gerbong khusus perempuan. Aku ada di gerbong dimana siapapun, apapun jenis kelaminnya, bisa masuk kesitu. Dan sedikit sekali perempuan di gerbong ini.

Jadi, yang mengeluh itu para lelaki yang umumnya kuat secara fisik.

Aku risih sekali sebetulnya. Kakiku sejak tadi tak bisa bergerak, terjepit oleh dua orang lelaki yang berbeda. Yang kanan oleh seorang pemuda berbaju garis- garis hitam abu- abu. Yang kiri oleh seorang Bapak berbaju putih.

Perut Bapak- bapak berbaju putih itu kurang dari 10 cm di depan mukaku, yang saat ini kebetulan mendapat tempat duduk -- sebab aku tadi naik KRL dengan arah berputar, tidak langsung ke arah tujuan tetapi ke arah terbalik dulu lalu ikut kembali ke arah tujuan. Jangan tanya berapa banyak waktu yang terbuang percuma. Tapi tak ada pilihan. Aku tak bisa sok kuat dan memaksakan berdiri terjepit- jepit seperti dendeng sepanjang perjalanan. Maka membuang waktu percuma untuk berputar- putar seperti itu menjadi pilihan terbaik dari banyak pilihan buruk.

Para lelaki di sekitarku sudah tak lagi bisa berdiri tegak. Mereka miring kesana- kemari, meraih apapun yang bisa dipegang dengan tangan untuk sekedar menahan agar tubuh tak terjatuh.

Kaki kananku pernah cedera beberapa tahun yang lalu dan tak pernah benar- benar pulih kembali. Dan bagian pergelangan yang cedera serta lutut yang beberapa minggu yang lalu baru saja diterapi lagi itu pagi ini sudah terantuk entah berapa kali.

Kutarik saja nafas panjang. Seorang Bapak yang berdiri di depanku berkata, " Ini lebih parah dari KRL ekonomi.. "

Yang satu lagi mengeluh, " Tiap hari nih seperti ini.. "

Lututku sudah makin nyeri saat ini. Lutut sisi kanan itu memang belum lagi pulih.

KRL ini miring ke satu sisi atau bagaimana ya? Sebab barisan para lelaki di depanku makin condong ke muka berdirinya, seperti sudah hendak tumpah saja.

Tarik nafas lagi saja..sabaarrr..sabarrrrrr -- entah sampai kapan harus begini.

Aduh, badanku kini sudah menyangga berat bapak- bapak di depanku..yang juga menyangga berat entah berapa orang yang mendorong di belakang punggungnya.

Ugh..aku mulai tak bisa bernafas dan mual.

Kusudahi dulu ceritanya ya?

Oh, omong- omong... sudahkah kuceritakan bahwa saldo tiket multi trip yang kumiliki dari perjalanan beberapa hari terakhir ini terpotong jauh lebih banyak daripada yang seharusnya? Jadi... pelayanan KRL makin baik? Benarkah? p.s.sejak masuk gerbong tadi tak seorang petugaspun terlihat -- ada 'peraturan tak tertulis' bagi para penumpang KRL bahwa semua resiko dari konsekwensi memilih naik KRL merupakan resiko yang harus ditanggung sendiri oleh penumpang...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun