[caption id="attachment_268138" align="aligncenter" width="494" caption="Gambar: www.rimanews.com"][/caption]
Naik KRL kini makin menyiksa.
TAPI bisa apa? Tak ada pilihan sama sekali. Jenis KRL Jabodetabek kini hanya ada satu macam, KRL 'Commuter Line' itu.
Pelayanan KRL saat ini lebih baik? Ah sudahlah, jangan lagi kekecewaan dan kekesalan ini ditambah dengan harus mendengarkan omong kosong semacam itu.
Penumpang tak ingin mendengar urusan teknis, atau beragam kilah yang biasa dikeluarkan oleh para pengambil keputusan di PT. KAI/ KCJ untuk buruknya pelayanan KRL. Yang dilihat outputnya saja.
Tepat waktukah kereta? Tidak.
Nyamankah? Haduh. Sudahlah, kata nyaman sudah harus dihilangkan dari kamus.
Aman?
Bukan hanya copet atau kemungkinan terjadinya pelecehan seksual yang menjadi lagu lama, namun sejujurnya, makin lama aku makin ngeri. KRL diisi sepadat- padatnya macam itu, saat berjalan, orang lalu miring kesana kemari. Sering aku membayangkan..bagaimana kalau tiba- tiba orang- orang ini tahu- tahu jatuh bertumpukan di dalam gerbong yang memang sehari- hari saja sudah menyesakkan sebab oksigen yang sangat terbatas dalam gerbong yang pengap harus dibagi untuk begitu banyak orang?
Berapa banyak korban yang akan jatuh terhimpit dan kehabisan oksigen?
Dan dalam hati aku hanya bisa berkata: beginilah kalau para pengambil ke-(tidak)-bijakan tak pernah menggunakan produknya sendiri !
Menurutku, itulah salah satu sumber masalahnya. Jika bahkan saat uji coba saja mereka mengambil arah sebaliknya dari arah ramai dan dilakukan diluar peak hour dan itupun hanya sejauh satu atau dua stasiun saja, pengalaman yang mereka peroleh tidak akan sama dengan siksaan yang dialami penumpang setiap hari.
Seharusnya, seseorang yang memiliki otoritas mengeluarkan surat perintah agar para pejabat PT. KAI dan KCJ menggunakan produknya sendiri setiap hari di jam sibuk di arah yang padat. Aku rasa, ini bisa jadi satu cara untuk memaksa akal sehat mereka kembali (semoga akal sehat itu memang pernah ada )
Let them have 'the customer experience'. Aku ingin tahu, setelah itu apa yang terjadi... *marah berat*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H