Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Uniknya Anak- anak: Nilai Raport yang 'Kurang'

21 Juni 2013   10:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:39 1724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1368177033232211494


Maka sejatinya peringkat tak lagi valid untuk melihat apakah seorang anak berprestasi atau tidak.


Pemikiran macam itu ditunjang lagi dengan faham dasar yang kuanut bahwa mendidik anak untuk memiliki mental juara lebih penting daripada menjadi juara.


Dan...


Inilah yang terjadi saat pembagian raport tadi...


Saat kusebutkan nama anakku, wali kelas anakku bahkan sebelum aku duduk rapi di kursi dihadapannya berkata, " Haaa, ibu mau ambil raport xxx (dia sebutkan nama anakku), ya? Itu anaknya harus belajar lagi, bu. Dia itu agak kurang. "


Aku diam, tak tahu harus menjawab apa. Kutahu persis bahwa sepanjang semester ini tak satu kalipun anakku harus mengikuti her saat ulangan. Maka bagiku, jelas apa artinya itu: dia tidak 'kurang' sebab dia memenuhi standar nilai yang ditetapkan di sekolah itu bahkan tanpa pernah harus mengikuti remedial atau megulang test untuk mata pelajaran manapun.


Jadi, kutelan saja 'penghinaan' itu.


Ibu wali kelas mengatakan sesuatu tentang peringkat kelas. Jelas, tak seperti si sulung yang selalu dianggap bersinar sebab dia senantiasa ada di urutan- urutan atas peringkat kelas, sudah bisa diduga bahwa anak tengahku yang justru IQ-nya paling tinggi diantara ketiga anak kami di rumah tak serupa itu.


IQ anak tengah kami 159 namun urusan peringkat kelas tak pernah menjadi sesuatu yang menjadi kekuatannya. By all means, dia terlalu unik untuk bisa dinilai dari satu komponen itu saja.


Sudah lama kami sadari bahwa IQ yang merupakan standar pengukuran intelegensi seseorang tak senantiasa berbanding lurus dengan peringkat kelas. Apalagi jika anak tersebut bersekolah di sekolah yang metodenya tak cocok dengan dirinya.


Maka aku tenang- tenang saja ketika menerima raport anakku ini dan ibu wali kelasnya masih terus mengomel, "Nah, lihat kan, nilainya pas-pasan. Cuma sedikit di atas nilai kelulusan minimal. Ini kurang sekali. Anaknya harus disuruh belajar lebih rajin di kelas dua nanti, bu, supaya peringkatnya naik. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun