Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Uniknya Anak- anak: Nilai Raport yang 'Kurang'

21 Juni 2013   10:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:39 1724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1368177033232211494


Maka, buat apa berpanjang cerita? Aku memilih untuk menghormati perbedaan saja.


Bagaimanapun, tak ada yang memaksa anak kami untuk bersekolah disana, tak pula ada yang mengharuskan kami untuk menyetujui keinginannya untuk bersekolah disitu.


Semua dilakukan dengan kesadaran penuh. Dan kami mengambil semua konsekwensi atas keputusan itu. Baik hal baik maupun hal buruknya.


Sebab, sudah lama kami tahu, tak ada sekolah yang ideal. Jadi, pemilihan sekolah akan tergantung pada apa prioritas yang ingin difokuskan saja. Tak satupun sekolah yang bisa memenuhi semua harapan.


Maka begitulah, kami anggukkan kepala saat anak tengah kami, sejujurnya diluar dugaan kami, selulus SMP mengatakan bahwa dia ingin masuk ke SMA Negeri.


Keinginan biasa, sederhana, yang jika bukan dia yang meminta tak akan membuat kami orang tuanya perlu berdiskusi dulu sebelum sampai pada keputusan untuk menyepakati keinginannya.


Bukan apa- apa. Sejak awal sudah bisa kami prediksi, anak tengah kami yang memiliki riwayat panjang mogok sekolah selama bertahun- tahun sejak usia batita dulu akan masuk ke 'tempat penyiksaan' baru.


Kami tahu persis, kultur sekolah negeri tak cocok untuknya. Apalagi ini pertama kali dia bersekolah di sekolah negeri.


Berbeda dengan kakaknya yang kini mahasiswa di sebuah PTN (yang konon juga PTN terbaik di negeri ini ) yang dulu bersekolah di SMP dan SMA Negeri tanpa terlalu banyak mengeluh, kami duga anak tengah kami akan kembali merasa sangat tertekan di sekolah. Kreativitasnya juga akan terpaksa agak terpasung. Dan bisa jadi, dia akan dianggap murid tak berprestasi di situ.


Di sekolah dimana satu- satunya ukuran penghargaan adalah berupa ranking keberapa dia di kelas, dia tak akan masuk hitungan.


Ditambah lagi, anak- anak yang bersekolah disana adalah anak- anak paling pintar di kota kami dari segi akademis. Artinya, selisih nilai satu anak dengan anak lain akan juga sangat tipis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun