Ya ampun. Baru kami tersadar. Dalam keadaan tergesa, kami berangkat kesitu tanpa membawa kunci rumah tersebut ! Bagaimana kami bisa masuk?
Kutelepon mbak S, asisten rumah tangga kami, memintanya untuk menyusul kami sambil membawa kunci. Sementara itu kami dengar para tetangga berceloteh. Bercerita bagaimana gugup dan gemetarnya mereka tadi, saat pertama kali melihat kebakaran terjadi.
Ngeri, kata mereka, ada suara- suara ledakan dan bunyi keretek- keretek, sementara api dan asap juga tampak.
Mereka semua, tentu mengkhawatirkan api merambat kemana- mana.
Bisa kubayangkan kegugupan mereka...
***
Akhirnya, untunglah, setengah jam kemudian, api sudah benar- benar padam. Dan terlokalisir. Tak merambat ke rumah lain.
Tetangga belakang rumah kami itu, katanya, sementara akan tinggal di rumah orang tuanya, juga di kompleks yang sama dengan kami, di blok lain.
Rumah kami, Alhamdulillah, aman. Mungkin nanti kami harus periksa bagian atapnya, genting- genting dan asbes, apakah ada yang pecah sebab dipanjat dalam ketergesaan para tetangga saat berusaha memadamkan api.
Saat ini hal itu belum bisa dilakukan, sebab hujan lebat mengguyur kota tempat kami tinggal.
Ah, dalam situasi seperti ini, dimana hujan mengguyur, banjir melanda, ternyata resiko kebakaran juga bisa datang setiap saat, baik dari korsleting listrik seperti yang terjadi di rumah tetangga kami tadi malam, atau lilin yang terlupa dimatikan saat listrik padam, atau sebab lain.