***
[caption id="attachment_258358" align="aligncenter" width="312" caption="Gambar: parkrunfans.blogspot.com"]
Pada dasarnya kami bukan orang tua yang terlalu ambisius.
Kami tak sering mengambil inisiatif mendaftarkan anak ikut lomba Jika kami dengar informasinya, kami tanyakan pada anak kami apakah dia ingin mengikuti. Jika tidak, ya sudah.
Anak- anak kami, ternyata, juga bukan penggemar lomba. Anak sulung kami bahkan di kemudian hari menghindari kegiatan yang berkaitan dengan olimpiade.
" Ibu, " katanya suatu hari, " Nggak apa- apa kan kalau aku nggak mau ikut olimpiade? "
Oh, tentu saja tidak apa- apa.
Harapanku terhadap anak- anak sederhana saja. Aku ingin mereka bahagia sepanjang hidupnya. Itu saja.
Dan jika anakku tak ingin ikut olimpiade, tak masalah.
Sikap anak kami itu dia ambil setelah suatu waktu saat di kelas 4 SD dia diminta bergabung dengan murid kelas 5 untuk dilatih menghadapi olimpiade science. Dia masuk seleksi sampai hampir batas akhir, ketika semua anak kelas 4 dan banyak anak kelas 5 sudah gugur. Tak sampai akhir memang, hanya satu seleksi terakhir lagi yang harus dilakukan ketika langkahnya terhenti.
Dia tidak tampak menyesal, bahkan tak pernah mau lagi bergabung dengan pelatihan olimpiade yang manapun. Tampaknya pelatihan intensif dan tidak membebaskan dia kapan ingin belajar kapan ingin rileks tak cocok baginya yang sejak kecil kami ijinkan untuk mengatur waktu sendiri.