Gerimis kembali menyapa bumi...
WANGI tanah basah meruap.
Tapi tak seperti biasanya, Dee tidak menyengaja duduk di beranda dengan segelas teh hangat untuk menikmatinya. Kali ini, dia duduk di depan televisi. Menikmati keping adegan serial Castle, dimana tampak Rick Castle, seorang penulis novel terkenal yang bergabung bersama satuan detektif untuk mencari ide cerita bagi novel- novelnya berdiri di atas pintu berdua dengan seorang detektif perempuan cantik bernama Kate Beckett sementara seekor harimau menggeram- geram mondar- mandir di bawah mereka.
Kuti duduk di situ, di dekat sang istri, menonton juga tapi dengan tujuan sekedar menemani. Sebab film yang sedang disaksikan Dee itu sudah pernah ditontonnya dulu. Itu siaran ulangan dari episode lama yang belum sempat disaksikan Dee.
Dee terus menatap televisi dengan asyik.
Kuti tersenyum dalam hati. Sebab tentu saja, Kuti tahu persis bahwa bukan semata jalinan cerita detektif yang menegangkan yang membuat Dee terpikat oleh serial tersebut, tapi justru oleh banyaknya romantisme yang tersebar disana. Ha ha ha. Dasar Dee !
***
[caption id="attachment_243203" align="aligncenter" width="282" caption=" Gambar: www.nomadicmatt.com"][/caption]
Film di televisi itu usai sudah.
Dee mematikan televisi dan menoleh pada suaminya, " Tidur, yuk? " katanya.
Kuti mengangguk. Beranjak bersama Dee menuju kamar mereka.
Dan seperti biasa, mereka masih mengobrol ini dan itu sebelum tidur.
Dee menceritakan pada Kuti bahwa seorang kawan menghubunginya setelah membaca tulisan di akun rumahkayu tentang pelecehan seksual lalu menceritakan pada Dee hal serupa yang pernah dilakukan oleh anak perempuan pra-remajanya.
Rupanya suatu saat anak perempuan itu pernah diganggu oleh seorang anak lelaki. Tampaknya dia dicolek- colek atau semacamnya oleh anak lelaki kawan sekolahnya itu.
Anak perempuan itu telah berusaha menghindar tapi dia tetap terus diganggu.
Dan... kesabarannya habis.
Akhirnya.. dia tendang anak lelaki itu. Tendangan yang telak, sebab tendangan itu mendarat persis di antara kedua paha sang anak lelaki dan mengenai bagian sensitifnya. Kesakitan, anak lelaki itu sampai menangis.
Mereka dilerai oleh para guru, yang untunglah, menyaksikan apa yang terjadi, sehingga tak mempersalahkan sang anak perempuan yang mendendang sampai membuat kawan lelakinya menangis.Para guru menerimanya sebagai tindakan membela diri.
Ibu anak perempuan itu memang sejak jauh hari telah mengajarkan pada anaknya untuk tak menerima begitu saja jika dicolek- colek kawan lelaki. Diajarkannya pada sang anak untuk menghindar, melapor, atau melawan perlakuan semacam itu. Tetapi sebetulnya sang ibu tak pernah secara spesifik mengajarkan bahwa titik terlemah para lelaki adalah bagian yang akhirnya ditendang itu. Namun entah bagaimana, sang anak rupanya memiliki intuisi baik untuk dengan telak menyerang titik lemah tersebut.
Dee sendiri setuju, anak- anak harus dibekali pengetahuan dasar dan diajarkan keberanian untuk dapat menghindari pelecehan yang dilakukan padanya. Tak pernah ada kata terlalu cepat untuk itu. Sebab pelecehan seksual bukan semata bisa menimpa orang dewasa, tapi juga para remaja, bahkan anak- anak kecil yang seringkali sebetulnya belum tahu apa- apa.
Kisah tentang gadis kecil hebat yang dengan telak membuat kawan lelaki iseng sampai menangis usai. Tapi Dee tampaknya masih memiliki cerita lain.
" 'yang, " kata Dee tiba- tiba, mengganti topik tanpa prolog yang jelas pada suaminya, " Kamu kebayang nggak sih.. misalnya suatu saat ada kebakaran besar terjadi di tengah kota.. Bisa dimana saja sih. Ini ilustrasi saja. Tapi katakanlah, kota itu Manado. Nah lalu, para petugas yang seharusnya membereskan situasi dan menenangkan warga alih- alih berada di lokasi kebakaran tersebut malah rapat dan membuat konferensi pers mengenai peristiwa kebakaran itu di tepi Danau Tondano sambil bersantai minum minuman hangat dan menikmati pisang goreng yang manis... "
Kuti tercengang, tak paham apa yang sedang dibicarakan istrinya. Juga tak bisa menebak apakah Dee sedang bergurau atau serius, sebenarnya.
Manado, dan Tondano itu berjarak sekitar 30 Kilometer. Lalu, kenapa kebakarannya di tengah kota Manado tapi pembicaraan dilakukan di tepi Danau Tondano, sambil menikmati minuman hangat dan pisang goreng pula?
Tidak logis, pikir Kuti. Dee pasti kumat jahil, dan sedang iseng mengarang cerita yang tidak- tidak.
Kuti menatap istrinya.
Dee tampak tersenyum lebar dengan kilat geli yang tampak jelas di matanya.
" Bayangkan.. " kata Dee, " Saat ada situasi darurat, kebakaran semacam itu, bukannya ada di dekat warga untuk memastikan bahwa kondisi terkendali dan menghindari dampak- dampak negatif susulan, eh.. para petugas itu malah memilih berada di kota lain yang berjarak beberapa puluh kilometer, lalu duduk- duduk di tepi danau membicarakan peristiwa terjadi, serta tentang mobil pemadam kebakaran yang telah mereka kirim lokasi kebakaran. Tanpa satupun dari mereka muncul di lokasi. "
" Dan tak ada berita resmi yang disampaikan pada warga tentang bagaimana mengendalikan situasi pasca kebakaran tersebut atau rencana- rencana para petugas, " sambung Dee lagi. Kali ini, tak ada kilat jahil. Dee serius rupanya.
Ah, pikir Dee, jika hal semacam itu sampai terjadi, maka itu adalah suatu situasi yang sangat memprihatinkan.
Ketika logika tak lagi lurus, kala kondisi serius dan mendesak diabaikan, ketika banyak orang yang sedang kebingungan tertimpa musibah bahkan tak memperoleh empati dan perhatian yang selayaknya mereka dapatkan dari para petugas yang alih- alih mendekati para korban, malah entah kenapa memilih untuk berada di tempat yang jauh dari lokasi kebakaran untuk membahas hal darurat itu...
***
Dee mulai mengantuk. Dia merapatkan tubuhnya pada sang suami yang lalu memeluknya hangat.
" Oh ya Dee, " Kuti tiba- tiba teringat sesuatu, " Tampaknya banyak yang ingin tahu kenapa kemarin kamu bilang bahwa peretasan akun di Kompasiana itu ada hubungannya dengan pelecehan seksual. "
Hmmm. Dee setengah mengantuk menjawab, " Itu kan jelas sekali... "
" Sambungannya akan kamu tulis besok? " tanya Kuti.
Dee sudah sangat mengantuk kini. Setengah menggumam, dia menjawab pertanyaan suaminya, " Nggg.. kamu aja ya yang nerusin? Kamu pasti sudah tahu kan, kenapa aku sampai pada kesimpulan itu ? "
Dan segera setelah itu, Dee terlelap...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H