Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Uniknya Anak-anak: Enak ya, Anaknya Pintar-pintar

24 Maret 2013   19:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:18 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13641027152090543232

Masih tentang anak- anak unik ( yang seringkali tak memahami dan tak dipahami dunia... )

" ADUH, enak ya, anaknya pintar- pintar... "

Komentar semacam itu bukan sekali dua kali dilontarkan orang kepadaku. Dan aku biasanya hanya tertawa saja menanggapinya.

Ada banyak hal yang aku tak merasa terlalu ingin menerangkan pada orang lain. Atau memilih untuk tidak menerangkan karena tak yakin akan dipahami atau ditanggapi dengan baik. Dalam situasi seperti itu, aku memilih untuk hanya merespons komentar orang lain dengan tawa saja.

Enak punya anak pintar- pintar?

Ya. Menyenangkan memang.

Tapi kebanyakan orang sering salah duga. Komentar tentang anaknya pintar- pintar itu biasanya tidak berdiri sendiri. Pada kebanyakan waktu, ada kalimat lanjutannya, yaitu dugaan bahwa dengan anak yang pintar- pintar itu, maka hidup akan menjadi mudah bagi orang tuanya sebab tanpa perlu terlalu banyak usaha, prestasi anak- anak ini akan sangat cemerlang di sekolah.

Nah bagian yang ini yang perlu dikoreksi...

Punya anak- anak yang (terlalu) pintar sama sekali tak mudah. Paling sedikit, itulah yang aku dan suamiku alami.

Makin pintar mereka, dan makin tinggi tingkat intelegensi mereka, makin 'sulit' anak- anak ini.

Dan dikaruniai beberapa orang anak yang masuk kedalam kategori gifted children membuatku sungguh berempati pada anak- anak sangat cerdas dan berbakat yang ditanggapi salah oleh sekitarnya.

Sangat menyedihkan.

Dapat kubayangkan betapa hati para makhluk belia itu terluka sebab tak dipahami, dan merasa disisihkan. Padahal, pada kebanyakan kasus, anak- anak ini justru membutuhkan dukungan yang sangat kuat yang pada saatnya nanti dapat membuat mereka berpikir bahwa mereka baik- baik saja. Begitu juga orang lain baik- baik saja. Dan dunia ini cukup luas untuk dihuni oleh manusia yang beragam.

Tak mudah untuk membuat anak- anak ini paham bahwa walaupun dirinya sangat unik dan mungkin berpikir dan bertindak dengan cara yang berbeda dengan kawan- kawannya yang lain, tak ada yang salah dengan dirinya.

Langkah awal yang perlu dilakukan saat menghadapi anak- anak semacam ini adalah membantu mereka untuk merasa nyaman dengan dirinya sendiri, menyadari keunikannya dan membantunya menyesuaikan diri dengan lingkungan ( yang mungkin membingungkan mereka ). Dan kunci utama untuk membuat mereka dapat merasa nyaman dengan dirinya sendiri adalah membuat mereka merasa diterima seutuhnya.

Keluarga memang memegang peranan penting dalam hal ini. Rasa aman pertama yang akan sangat berpengaruh besar pada perkembangan dirinya adalah jika dia dibesarkan dalam keluarga yang sehat dan hangat. Dan rumah tempat kemana mereka setiap saat bisa pulang, tahu bahwa di rumah itu mereka akan selalu diterima dengan sukacita dan rasa cinta.

Tapi bisa dalam banyak waktu terlindungi dengan aman diantara keluarga dan rumah yang hangat mungkin hanya akan terjadi di tahun- tahun awal kehidupannya. Begitu dia masuk sekolah, nah, disinilah kemungkinan beragam gejolak akan dimulai.

Aku selalu sedih melihat betapa anak- anak sangat cerdas dan berbakat ini pada banyak kesempatan lalu dicap sebagai anak nakal, pengacau, aneh dan lain sebagainya.

Lihatlah kedalam mata mereka, dan dalam bening mata anak- anak itu akan sangat tampak kebingungan dan kesedihan hati mereka sebab diperlakukan semacam itu.

Tapi memang, situasinya tidak mudah. Aku tahu bahwa di negara- negara maju ada sekolah- sekolah yang sistemnya memang dibuat khusus untuk anak- anak seperti ini.

Tapi tak mudah menemukan sekolah semacam itu disini.

Jadi anak- anak itu akan mau tak mau dihadapkan pada kondisi dimana dia harus bersekolah di sekolah dengan kurikulum dan sistem 'normal', diantara anak- anak yang 'normal' , yang kemungkinan besar akan membuat anak- anak unik ini terus  merasakan galau di hati sebab sistem di sekolah itu tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkannya

Dan aku paham, sangat paham, tentang hal tersebut.

Itu sebabnya aku dan suamiku selalu menyambut dengan tawa ringan apapun komentar anak- anak tentang  sekolah yang menurut mereka 'nggak ada asyik- asyiknya' . Sama sekali tidak fun.

Anak tengah kami menggambarkan situasi sekolahnya dengan kalimat " there's a kind of pressure that nearly reach the boiling point in the air ",  ketika dia menceritakan padaku betapa tertekan rasanya dia dengan suasana sekolahnya. Kalimat yang ternyata walau dulu tak pernah diucapkan oleh kakaknya yang bersekolah di sekolah yang sama, ternyata dengan segera diamini dan disepakati oleh sang kakak.

***

Kami -- aku dan suamiku -- sungguh menyadari, saat sistem yang mapan belum tersedia bagi anak- anak semacam anak- anak kami itu, maka yang dapat kami upayakan hanya bahwa kami sendiri menjadi orang tua yang kuat, yang sedikit demi sedikit dapat menjadi jembatan antara anak- anak unik ini dengan lingkungan, dengan sekolah, dengan beragam hal lain yang mungkin bagi orang lain biasa tapi bagi anak- anak unik ini menimbulkan berjuta pertanyaan dan mungkin ketidak nyamanan. Untuk itulah kami harus dapat menghadapi situasi ini dengan gaya santai, banyak tawa dan seakan- akan apa yang terjadi adalah hal paling normal sedunia yang dialami oleh semua orang.

Urusan mogok sekolah. Pindah sekolah. Menghadapi guru- guru yang tak paham. Para orang tua lain yang ringan mengomentari tanpa mengetahui duduk perkara. Termasuk menghadapi orang- orang yang disebut ahli dalam penanganan anak- anak cerdas berbakat dan cerdas istimewa yang ternyata tak semua baik hati dan tulus. Sebab tak kurang kami menemukan orang- orang semacam itu yang arogan, dan bahkan korup!

Kami harus tetap tampak ringan hati dan kuat agar seakan- akan dunia aman tanpa gejolak untuk membantu anak- anak yang (tentu saja) sebenarnya kebingungan menghadapi itu semua. Terlebih, anak- anak semacam ini biasanya sangat sensitif. Jadi sungguh penanganan terhadap mereka harus dilakukan dengan hati- hati.

Ah, memang tidak pernah mudah menjadi orang tua, ya?

Dan itulah alasannya mengapa sampai hari ini komentar " enak ya, anaknya pintar- pintar " itu selalu hanya kujawab dengan tawa saja. Sebab aku segan menerangkan bahwa karena anak kami pintar- pintar itu maka tak terhitung jumlahnya kami harus berurusan dengan psikolog, tak terbilang pula saat- saat kami harus membujuk seorang anak yang panik dan banjir air mata untuk sekedar berangkat ke sekolah yang menurutnya penuh tekanan dan sama sekali tidak menyenangkan itu...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun