Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Selalu ada Mutiara Bisa Ditemukan Bahkan Diantara Lumpur Terpekat Dunia Maya Sekalipun

3 April 2015   11:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:35 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14281131451320957587

Aku tersentuh.

SUNGGUH tersentuh.

Sekian tahun tanpa sengaja bermain dan beredar di dunia maya, menulis di blog, aku menemukan begitu banyak type blogger.

Dunia maya, sejak dulu menurut pendapatku merupakan cerminan dunia nyata. Apa yang tertulis di blog, apa yang disebut virtual, sebenarnya nyata adanya. Sebab ada manusia- manusia yang menuliskan itu dibaliknya.

Apa bedanya? Jaman dulu, ada buku, ada koran, ada majalah edisi cetak, dimana kita tahu bahwa buku, artikel, tulisan- tulisan yang muncul di media itu ditulis oleh seseorang. Begitu pula yang terjadi dengan apa yang disebut 'dunia maya'. Hanya medianya saja yang berbeda. Proses terjadinya, sama.

Yang mungkin berbeda adalah sebab dengan perkembangan teknologi, interaksi menjadi mudah. Dulu, jika seseorang menyukai sebuah buku, atau sebuah artikel, atau opini, puisi, cerpen di koran atau majalah dan ingin berinteraksi langsung dengan penulisnya, urusannya tak semudah itu. Mencari alamat penulisnya saja bisa panjang usahanya, sebab alamat biasanya tak dipublikasikan.

Kalaupun niat banget, surat melalui pos harus dikirimkan melalui redaksi majalah atau koran, lalu akan diteruskan ke penulis yang bersangkutan kemudian. Jalurnya panjang, waktu yang dibutuhkan juga bisa lama.

Kini..jika seseorang menyukai tulisan yang tayang di blog, atau sebaliknya, tak menyukainya, komentar bisa langsung diberikan. Interaksi dengan penulisnya juga akan dengan segera bisa terjadi.

Itu saja bedanya.

Selebihnya yang terjadi adalah sebenarnya interaksi antar manusia.

[caption id="attachment_376582" align="aligncenter" width="615" caption="Gambar: brainyquote.com"][/caption]

Dari interaksi ini, sebetulnya di dunia yang konon maya ini, banyak hal nyata yang bisa terlihat. Bagaimana sifat, pikiran, wawasan, tingkah laku seseorang akan tercermin pada tulisan- tulisannya, dan komentar- komentar yang muncul.

Dan apakah semuanya baik?

Tentu saja tidak.

Di dunia ini, ada yang baik, ada yang buruk. Itu terjadi dimana- mana dan harus diterima sebagai fakta.

Ada banyak manusia yang welas asih, namun banyak juga yang adigang adigung adiguna. Ada yang halus hati dan tutur kata, ada yang bahkan tanpa banyak berpikir dengan ringan memuncratkan kata- kata dan kalimat yang menyakitkan hati. Atau melempar gurauan yang alih- alih lucu malah bisa menorehkan luka.

Ada banyak orang yang rendah hati, yang tak menampilkan kehebatan- kehebatan dirinya, ada yang entah bagaimana, merasa diri hebat, sikapnya selalu menunjukkan bahwa selayaknya hanya dirinyalah pemegang kebenaran. Orang lain selalu keliru, sesat pikir, salah jalan, ngawur, tak punya logika, tak tahu bagaimana cara berpikir yang benar.

***

Ada banyak hal yang sudah kulihat selama menjadi blogger.

Ada banyak kesenangan. Juga kekagetan. Ada banyak pula rasa sakit dan ngilu yang berdenyut di hati.

Dan belum lama ini... aku harus mengakui, kukagumi beberapa orang atas sikapnya. Atas kebesaran hatinya.

Dalam pergaulan sebagai blogger, kulihat ada orang yang sering dihina, dikata- katai, diserang, dibully hingga level yang bahkan untuk menyaksikannyapun aku sudah tak sampai hati.

Ada orang yang menulis buku dan judul buku yang ditulisnya dengan hati- hati itu lalu dipelesetkan oleh orang lain dengan semena- mena sehingga bisa dipersepsikan lain dan berkonotasi negatif.

Ada pula yang suatu hari membuat sebuah tulisan lalu seseorang mengcounter tulisan itu, dan dia (penulis yang pertama) diundang untuk hadir mengomentari tulisan yang mengcounter itu. Link diberikan, jelas mengundang, tapi 'lucunya" (tidak lucu, sebenarnya ! ) saat yang diundang itu datang memberikan pendapatnya, sebab tidak sepaham dengan penulis yang mengcounter itu, lalu dikata- katai dan diusir dari kolom komentar seakan- akan pemikiran dan komentarnya tak berharga sama sekali.

Lho.. siapa yang sesat logika kalau begitu? Jika tak siap berdebat, ya jangan mengcounter. Tak perlu juga mengundang.

Aneh.

Ada banyak hal yang 'lucu' (tepatnya: tidak lucu, he he he) yang pernah kusaksikan. Bagaimana orang yang dulu saling memuji setinggi langit lalu dalam waktu yang tak lama tak lagi saling menyapa dan bahkan saling menyerang.

Ada yang membuat kelompok eksklusif dan kompak selalu seiya sekata menghadapi orang lain yang tak dalam kelompok itu (lepas dari benar atau salah), ternyata akhirnya juga saling melontarkan api, batu dan petasan -- berantem sendiri.

Entahlah, kadang bahkan sampai sulit mendefinisikan: harus tertawa atau menangis melihat hal- hal semacam itu?

***

Kembali ke soal tersentuh yang kusebutkan dalam awal tulisan ini.

Tentu saja bukan semata hal- hal aneh, ajaib, (tidak) lucu yang kusaksikan. Ada banyak kebaikan dan ketulusan hati juga dengan amat sangat terpancar keluar.

Belum lama ini, kusaksikan seseorang yang sering sekali direndahkan, dikata- katai, dibully oleh seseorang (dan teman- teman sekelompoknya) bahkan menyampaikan rasa empati ketika orang yang sering mengata- ngatainya itu ditimpa kesulitan.

Dia bahkan bukan hanya berempati tapi mengatakan secara eksplisit, " Kasihan sekali. Seharusnya ada yang menghubungi dia, dan menawarkan bantuan, untuk mendampingi. "

Kira- kira begitu kalimat yang dikeluarkan.

Aku sampai tercengang.

Padahal kusaksikan teman- teman yang dulu sekelompok dengan orang yang kini dalam posisi sulit itu saja bahkan secara terbuka kini mencaci serta menghina- hina. Yang dulu sepakat kini menikamkan belati. Yang dulu memuja, kini mencampakkan. Tapi yang dulu dihina, direndahkan,  bahkan bisa mengatakan hal- hal baik dan memikirkan bagaimana cara menolong.

Aku juga melihat peristiwa lain, tentang bagaimana orang yang sudah dikata- katai tak punya logika dan semacamnya bisa dengan santai menanggapi dan tetap bersikap baik pada orang tinggi hati yang mengata- ngatai itu.

Aku belajar banyak dari menyaksikan hal-hal tersebut.

Aku mungkin tak akan pernah bisa sampai pada tingkat keluasan hati dan kesabaran serupa. Jauh. Level kebaikan hatiku masih jauh.

Tapi walau masih belum bisa seperti itu, apa yang kusaksikan memberi banyak pelajaran.

Aku tersentuh. Sungguh tersentuh melihat kebaikan hati semacam itu.

Dan karena itulah, selama sekian tahun ini, aku tetap juga menulis di blog. Sebab kutahu, diantara lumpur yang paling pekatpun, selalu bisa ditemukan mutiara- mutiara yang indah...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun