Oh ralat, maksudku, lelaki yang dimaksud itu, merupakan suami untuk sebagian dari mereka, dan buat sebagian lain, bukan suami tapi hubungannya dekat. Sedekat apa atau bagaimana sebutannya, entahlah, susah dikatakan sebab jauh diluar nalarku. Membingungkan, memang.
Aku jadi ingin tahu, apa para perempuan serupa itu mendengar dongeng peri dan bidadari dari buku yang salah cetak ketika kecil dulu?
Bukan peri dan bibadari yang cantik hati dan membawa kebaikan tetapi peri dan bidadari pengumpul harta yang entah datang darimana?
Bukan peri dan bidadari bersayap bening yang terbang menari dan bersenandung riang di angkasa tapi mungkin peri dan bidadari kualitas KW 1001,11 yang menurunkan rendah ceruk leher di baju, dan menggunting bagian bawah rok agar menjadi lebih pendek serta menghemat bahan baju sehingga bajunya kesempitan?
Dan seperti apa sebenarnya para pangeran impian yang diceritakan pada mereka saat belia dulu?
Bukan pangeran gagah yang baik hati dan mengajak mereka hidup berbahagia selamanya, tapi barangkali pangeran gadungan yang suka melirik- lirik genit kesana kemari sambil membagikan pundi uang?
Ah...
Barangkali memang benar, aku ini aneh dan bodoh, sebab bahkan setelah menulis sekian banyak kalimat seperti inipun, aku tetap tidak bisa memahami...
p.s. artikel ini ditulis oleh makhluk dari planet lain...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H