Aku sendiri, tak merasa terlalu perlu melakukan itu. Walau, memang ada sedikit orang yang juga kuberitahu identitas asliku, dan bahkan pernah bertemu denganku, namun aku memilih untuk tak mempublikasikan luas hal tersebut.
Bukan apa- apa. Aku hanya membutuhkan sedikit privacy saja. Semoga itu bisa dipahami, tentang kebutuhan memiliki privacy itu.
Oh ya, by the way, dalam kehidupan profesionalku, aku dilatih untuk tidak memasukkan unsur- unsur lain diluar hal- hal yang berhubungan langsung dengan pekerjaan ( misalnya: keterampilan, pendidikan, pengalaman – ini berhubungan langsung ). Yang diluar itu, sama sekali tak boleh menjadi pertimbangan dalam penilaian, mulai dari perekrutan hingga penilaian hasil kerja. Yang dianggap tak berhubungan itu misalnya: gender, ras, usia, dan hal- hal lain yang serupa.
Aku menyepakati faham semacam itu. Faham yang mengatakan bahwa dalam menilai sebuah karya, maka urusan- urusan lain diluar karya itu sendiri tak perlu disebut- sebut. Sebab itu semua bisa membuat bias. Dan penilaian akan menjadi dangkal adanya.
Itu juga kenapa aku tak pernah memasang foto- foto pribadi yang dengan nyata menunjukkan identitas. Walau tak menyalahkan orang- orang yang memuat foto serupa itu, aku sendiri tak berminat melakukannya.
Siapa nama lengkapku, berapa usiaku, tinggal dimana atau bekerja dimana, walau mungkin bisa diraba dari cerita- ceritaku, biarlah tak perlu terlalu dibuka. Dinikmati sajalah tulisan- tulisanku. Itu yang lebih aku suka, he he…
p.s. Kami memiliki sebuah akun duet lain di kompasiana.com/padepokanrumahkayu yang bergenre cerita silat. Kapan- kapan kalau sempat, mampir ya kesana?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H